Tuesday, August 6, 2013
Guraka Nan Durhaka? Coba Deh...
Apa jadinya air jahe dicampur gula aren? Rasa manis yang kuat tentu saja akan hinggap lama di lidah Anda. Namun penduduk Halmahera Utara sangat menggemari minuman ini. Sore itu, sopir yang mengantar saya menawarkan minuman manis tersebut. Saat ditanya apa namanya, sambil tertawa ia menjawab "Durhaka".
Kernyitan heran pun muncul. Ternyata ia hanya bercanda. Nama minuman khas tersebut Guraka. Selintas memang terdengar seperti kata "durhaka". Saya pun diajak ke sebuah warung di Jalan TPI, Desa Wosia, Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.
Di warung pinggir jalan tersebut, Ani sibuk menggodok air jahe dan gula aren. Mulanya jahe dibersihkan lalu dipotong-potong. Jahe kemudian dituang ke air mendidih dan gula aren yang telah dipotong ikut dimasukkan. Rebusan jahe dan gula aren digodok hingga sekitar satu jam. Guraka panas baru dituang ke gelas jika ada yang memesan.
"Enaknya panas-panas. Jadi api terus nyala, baru dituang kalau ada yang pesan," kata Ani.
Tak cukup itu saja, kacang kenari dituang air panas agar kulit mudah mengelupas. Kemudian kenari dirajang dan ditabur di atas air jahe. Guraka pun siap diminum. Hangat jahe langsung menghentak kerongkongan. Sementara rasanya manis luar biasa. Dari tampilan warna hitam pekat pun sudah menjadi pertanda betapa manisnya Guraka. Jika Anda bukan penggemar hidangan manis, Guraka mungkin tidak cocok untuk lidah Anda.
Ani kemudian menjelaskan Guraka semakin enak jika ditambahkan susu kental manis. Awalnya saya pun sangsi, belum diberi susu kental manis saja rasanya sudah sangat manis. Namun akhirnya saya mencoba menambahkan susu kental manis. Ajaibnya, rasa manis gula aren malah berpadu apik dengan rasa manis dari susu. Susu kental manis juga menghaluskan rasa jahe yang begitu kuat.
Saya yang bukan penggemar manis pun merasa durhaka. Guraka ternyata mampu menggoda lidah saya. Belum lagi sentuhan kenari yang garing, sensasi renyah di tengah minuman hangat nan manis. Seperti umumnya penduduk Maluku Utara, kenari merupakan salah satu bahan makanan yang muncul di berbagai kuliner khas Halmahera Utara.
Air Guraka menjadi minuman primadona bagi penduduk Halmahera Utara saat bersantai di sore hari. Sebagai teman minum Guraka adalah pisang goreng. Tetapi, pisang goreng khas Halmahera Utara pun tak kalah unik. Jangan Anda sangka pisang goreng yang berbalut tepung. Pisang yang digunakan adalah Pisang Mulu Bebe. Bentuknya panjang melengkung dan langsing, tak selebar pisang pada umumnya. Karena itu pisang tersebut disebut pisang mulut bebek yang dilafal 'mulu bebe' oleh lidah orang Maluku. Pisang ini hanya tumbuh di daerah Halmahera Utara, khususnya Tobelo.
Pisang dipotong-potong melintang hingga berbentuk pipih. Pisang lalu digoreng dalam minyak panas. Sementara itu, air satu gelas belimbing dicampur dua sendok makan garam. Pisang satu wajan yang sedang digoreng kemudian disiram air garam sebanyak satu sendok makan. Goreng terus pisang sampai benar-benar garing. Tampilan akhir pisang Mulu Bebe goreng ini selintas seperti keripik pisang. Renyah saat digigit dan rasa asin menambah cita rasa pisang.
Makan pisang mulu bebe ini belum lengkap rasanya jika tidak dicocol di sambal Dabu-Dabu. Ani memperagakan cara pembuatan sambal Dabu-Dabu. Bahan yang digunakan adalah tomat apel, cabai, terasi bakar, minyak bekas menggoreng pisang, dan sedikit bawang merah. Biasanya Sambal Dabu-Dabu hanya berupa potongan bahan, namun oleh Ani, bahan-bahan tersebut diulek. Pisang goreng asin renyah berpadu dengan asam tomat dan pedas cabai dari Sambal Dabu-Dabu. Tak terasa, satu piring pisang Mulu Bebe pun tandas.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment