Tuesday, August 6, 2013

Tahu Aci, Tahu Khas Tegal

 


Berkunjung ke kota Tegal rasanya belum lengkap kalau belum makan Tahu Aci khas kota ini. Salah satu penjual Tahu Aci yang sangat terkenal di kota Tegal adalah “Tahu Murni Putra”. Kebetulan nenek saya tinggal di Tegal, jadi setiap kali saya berkunjung ke rumahnya, kami pasti selalu beli Tahu Aci. O iya Tahu Murni Putra ini pernah meraih penghargaan Upakarti tahun 1995 untuk usaha Pengembangan Tahu, dan penghargaan ini diberikan oleh Presiden RI kala itu.
Waktu pulang kampung kemarin, sudah pasti saya berkunjung ke rumah nenek. Dan tentu saja Tahu Aci kesukaan saya tidak boleh ketinggalan, saya mampir dulu ke Tahu Murni Putra di Jalan Pangeran Diponegoro. Untungnya pada saat saya datang tempat ini sedang sepi. Kalau tidak, wahhh bisa lumayan lama mengantre. Saya beli yang mentahnya untuk saya bawa ke Jakarta, ini bisa bertahan sekitar satu minggu jika disimpan dalam lemari es. Sembari menunggu mereka membungkus yang mentah, saya dan ibu saya makan tahu pletok dan tahu aci yang baru saja selesai digoreng. Nyam-nyam... enak banget, makan dengan cabe rawit membuat tambah enak.
Sedari saya kecil sampai sekarang, saya tidak pernah bosan untuk makan tahu ini. Sebenarnya sih ini gorengan tahu biasa, tapi yang menjadikan ini luar biasa enaknya adalah adonan Aci yang ditempel di tahu tersebut ... jadilah Tahu Aci. Campuran aci (tepung tapioka), tahu, kucai, dan bawang putihnya membuat rasa adonan aci ini menjadi sangat enak. Enaknya dimakan panas-panas, dijadikan cemilan ataupun dijadikan sebagai lauk juga bisa. Selain acinya yang enak, tahu kuning yang digunakan juga sangat khas, berbeda dengan tahu kuning dari kota lain.
Nah ada lagi macam yang lain, yaitu Tahu Pletok. Sebenarnya sih mirip dengan tahu aci, hanya saja Tahu Pletok ukurannya lebih besar dan proses pembuatannya agak sedikit berbeda. Kalau Tahu Pletok, tahunya digoreng terlebih dahulu baru kemudian ditempel acinya, kemudian digoreng lagi. Jadi rasanya lebih kering dan sedikit lebih keras.

Soto Kadipiro, Legenda Soto Yogya




Coba Anda bayangkan, dari tahun 1921 soto yang satu ini sudah ada. Namanya Soto Kadipiro, lokasinya berada di Jalan Wates, kurang lebih 1 km sebelah barat perempatan Wirobrajan Yogyakarta. Di kanan-kiri jalan ini terdapat banyak penjual soto, tapi asal muasalnya dari warung di sebelah utara jalan ini.
Pendiri soto ini adalah bapak Karto Wijoyo pada tahun 1921, dan beliau meninggal pada tahun 1972, saat ini Soto Kadipiro dikelola oleh generasi kedua, yaitu bapak Widadi Dirjo Utomo.
Soto Kadipiro buka jam 08.00 sampai habis, dan biasa cepat sekali habisnya. Jadi sebaiknya datang waktu masih pagi, rasa sotonya sebenarnya ringan, tapi rasa kuahnya gurih karena berasal dari kaldu ayam kampung, isi sotonya adalah suwiran ayam kampung, tauge dan kol, ditaburi daun bawang dan goreng.
Disediakan juga sebagai teman makan soto ini adalah ati ampela, tahu, tempe dan perkedel. Soto ini campur juga dengan nasi, jadi kalau anda takut kenyang, anda bisa pesan tanpa nasi.
Interior soto kadipiro juga layaknya rumah jawa zaman dulu, dengan dominasi cat berwarna hijau, ornamen-ornamen khas jawa, juga dipasang juga sangkar burung perkutut sebagai hiasannya. Oh iya Soto Kadipiro di seberangnya juga ada beberapa, sebut saja Soto Kadipiro II, Kadipiro Baru dan Kadipiro Plus, sebenarnya rasanya sama, karena ternyata mereka semua pewaris resep dari bapak Karto Wijoyo, juga yang tersebar di daerah Kalasan, Sleman, Kulon Progo dan Sentolo.

Berburu Sate Sapi di Salatiga




Waktu saya kecil, saya pernah beberapa kali pergi ke kota Salatiga, dan setelah bertahun-tahun akhirnya saya kembali mampir ke Salatiga. Tapi kali ini saya datang dengan dengan tujuan berburu makanan, he-he... Kota Salatiga terletak di sebelah selatan, sekitar 90 km dari Kota Yogyakarta. Saat saya dan teman-teman baru datang di Salatiga, cuaca sedang hujan. Tapi hujan tidak menghalangi niat kami untuk berburu makanan enak. Salah satu tempat tujuan kami kali ini adalah Sate Sapi Suruh.
Sate Sapi Suruh terletak di Jalan Jenderal Sudirman, tempatnya juga mudah dicari karena terletak di jalan besarnya, tepatnya di ruko Mimusa no F1-F3.  Rumah makannya sederhana dan bakaran satenya terletak di halaman depan. Sewaktu kami datang, si abangnya sedang membakar sate-sate yang terjajar rapi.... hmmm wangi sekali. Dan langsung saja kami pesan Sate Sapi 10 tusuk dan Mie Ayam Bakso.
Ibu Ngatmiyati, pemilik Sate Sapi Suruh ini sudah berjualan sejak tahun 1987, dan sudah buka mulai jam 09.30. Dalam sehari bisa menjual sekitar 1.000 tusuk sate sapi.
Perut sudah semakin keroncongan, belum makan siang... hujan pula, duh saya jadi semakin lapar. Untung saja mereka menyajikannya dengan cepat. Di depan saya sekarang sudah ada 10 tusuk sate sapi yang disajikan dengan lontong dan diletakkan diatas sebuah piring yang dialasi dengan daun pisang. Wuihh, asyik bener .... bagaimana dengan rasanya? Yuk kita cobain.
Nyam nyam ...gigitan pertama terasa enak, dagingnya empuk dan tidak keras. Tapi menurut saya bumbu kacangnya agak manis. Makanya saya beri sedikit sambal supaya rasanya lebih mantap. Sebenarnya sesuai selera sih ya, buktinya teman saya justru suka dengan rasa manis bumbu kacangnya itu. Yang jelas sate sapi disini enak. Sekarang saya coba mi ayamnya ya. Hmmm... rasanya biasa saja. Tapi boleh lah dicoba sebagai alternatif lain.
Harganya juga relatif murah kok, hanya sekitar Rp 15.000 sampai dengan Rp 18.000 saja. 

Sup Jagung Kepiting Khas Belitung




Masih dalam tur kami di Pulau Belitung, setelah capek main seharian di pantainya yang eksotis itu, kini tiba saatnya untuk makan malam. Perut sudah keroncongan, sudah waktunya cari makan-makanan enak, hmm.... Makan seafood enak kali ya.

Mas Dendy, tour guide kami, menyarankan untuk makan di Bukit Berahu. Langsung deh kita meluncur ke Bukit Berahu meskipun tempatnya agak terpencil, tetapi pasti tidak sulit untuk dicari. Sebab, restoran ini terletak di atas Hotel Bukit Berahu. Anda tinggal tanya penduduk, mereka pasti tahu.
Restorannya cukup nyaman dan lumayan besar, menu-menu yang disajikan juga cukup beragam. Kami pesan Sup Jagung Kepiting, Ikan Kakap Asam Manis, Udang Goreng Tepung, dan Kangkung Terasi. Menu yang kami pesan pun sesuai dengan rekomendasi Mas Dendy, kami percaya saja deh sama tour guide-nya karena yang direkomendasikan pasti enak-enak.
Sup Jagung Kepiting-nya datang terlebih dahulu sebagai menu pembuka. Wah, porsinya banyak sekali, bisa untuk lima orang saya rasa. Aroma Sup Jagung Kepiting-nya membuat saya tidak sabar untuk cepat-cepat menyantapnya. Slurrpp.... uenak tenan. Daging kepiting banyak, jagungnya juga manis ... lezat banget. Belum lagi ditambah taburan bawang goreng yang membuat aroma sop ini jadi makin harum.
Berikutnya datang si Ikan Kakap Asam Manis, penyajiannya sangat menggoda. Pertama saya cicipi dulu kuah asam manisnya, perpaduan rasa asam dan manisnya pas banget, lezat. Daging ikan kakapnya juga enak, dibuat fillet yang digoreng tepung, kemudian disiram kuah asam manis.... Mantap.
Udang Goreng Tepung-nya juga enak, udangnya segar dan enak banget dimakan dengan sambalnya. Kemudian, jangan lupa sayurnya Kangkung Terasi. Pastinya memakai terasi khas Belitung, ini juga enak dan rasanya agak pedas. Top deh Bukit Berahu.

Kepiting Saos Padang Pak Moel, Mantap!




Datang ke Kota Udang belum komplit rasanya kalau belum makan seafood. Cirebon, kota yang terletak di pinggir laut ini memang memiliki banyak makanan laut segar yang disuplai dari daerah pesisir sekitar Cirebon, seperti Gebang dan Losari. Kali ini tim Doyan Makan ingin menceritakan soal rumah makan seafood yang sangat terkenal di Cirebon yaitu Seafood H Moel yang ada di Jalan Kalibaru Selatan. Seafood H Moel ini sudah lama sekali ada di Cirebon, bahkan sekarang sudah ada 3 tempat. Dua diantaranya terletak di Jalan Kalibaru Selatan dan cabang yang terbaru adalah di Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo.
Biasanya tempat ini akan ramai sekali saat jam makan malam tiba, makanya saya dan keluarga datang lebih awal sekitar jam 18.30 supaya kebagian tempat duduk dan tidak menunggu lama he-he... Sewaktu kami datang saja sudah ada sekitar 5 meja yang terisi, kebanyakan yang datang kesini adalah keluarga. Yup, seafood memang makanan yang lezat untuk di santap buat segala usia.
Malam itu pelayannya dengan ramah menawarkan menu-menu spesial mereka, dan akhirnya  kami memutuskan untuk memesan  Brokoli Ca Polos, Udang Bakar, Kepiting Telor Saos Padang, Ikan Bawal Bakar, Juice Sirsak, dan Jeruk Nipis Hangat. Saya pun sempat melihat-lihat ke dapurnya untuk melihat proses memasaknya, dapurnya memang sengaja diletakkan di depan dan berdinding kaca, jadi kita bisa sambil menyaksikan para juru masaknya mengolah kepiting dan teman-temannya itu.
Menu yang pertama dihantarkan adalah Udang Bakar, Brokoli, dan Ikan Bawalnya. Wah wah.... mantap sekali. Saya segera mengambil nasi dari bakul kecil dan sepotong udang bakar yang segar itu. Tentu saja tidak lupa sambal terasinya. Yummy sekali udangnya, manis dan segar. Seporsinya berisi sekitar 8-10 potong udang berukuran sedang. Mantap euuy porsinya, dan seporsi udang bakar yang sebanyak itu dibandrol sekitar Rp 65.000. Brokoli Polosnya juga enak, yang jelas sangat menyehatkan untuk menyantap sayur brokoli.
Berikutnya yang saya cicipi adalah Ikan Bawal yang dibakar, dagingnya tebal dan empuk.  Dan sangat enak sekali ketika saya campurkan sambal kecap ke atas daging ikannya. Lezat euy ikan bawal bakarnya.
Yang saya tunggu-tunggu pun datang, favorit saya yaitu Kepiting Telur Saos Padang. Seporsi berisi dua ekor kepiting berukuran sedang, Nyam nyam... Saos Padangnya mantap sekali pedasnya, merasuk ke daging kepitingnya yang sudah digoreng terlebih dahulu. Nendang abis rasanya.
Anda harus mencoba kepiting saos padang ala Seafood Moel, beda dari yang lain rasanya. Dan tidak terasa dua ekor kepiting ini sudah habis di santap oleh kami sekeluarga, meskipun sedikit kepedasan tapi kami puas sekali. Untuk seporsi kepiting saos padang yang berisi dua ekor ini juga tidak terlalu mahal, hanya sekitar Rp 90.000 saja, apalagi untuk rasa yang senendang itu.
Jadi  kalau datang ke Cirebon, tidak perlu bingung lagi untuk mencari rumah makan seafood yang enak, mampir saja ke H Moel Seafood. Dan jangan lupa cobain Kepiting Saos Padangnya.

Yuk Cobain Bebek Goreng Pondok Suryo...

 


Rasanya plong sekali pulang kantor kali ini. Pikiran plong, perut juga plong alias lapar he-he... Berasa banget lapernya, hmmm sembari menunggu 3 in 1 selesai, akhirnya kami memutuskan untuk makan si bebek goreng lezat di begor alias bebek goreng Suryo di Jalan Senopati, Jakarta Selatan. Sore itu jam masih menunjukkan pukul 17.30, masih belum jam makan sih, tapi tak apa lah daripada saya kehabisan begornya. Tiba di Begor Suryo masih sepi, maklum belum jam makan malam juga. Tapi saran saya lebih baik datang lebih awal, soalnya pengalaman dulu pernah datang pukul 19.00, ramainya bukan main, dan bebeknya sudah habis. Jadi, sekarang kita curi start demi sepotong begor.
Saya tahu mengenai begor Suryo ini dari Ray dan Ica, saudara sepupu saya. Mereka penggemar setia bebek ini. Pertama kali mencobanya pun bersama mereka. Rumah makannya cukup besar dan terasa adem. Pelanggannya memang tidak terlalu besar, jadi hati-hati jangan sampai kelewatan. Dari toko kue Harvest Senopati, terus saja... tidak jauh dari situ.
Kami pesan paket begor komplet yang berisi nasi cobek, bebek goreng (paha/dada bisa dipilih), tahu, tempe, teri goreng, sayur asam. O iya... nasi cobek maksudnya adalah nasi yang diletakkan di sebuah cobek yang sudah diberi sambal terlebih dahulu. Jadi nasinya diatas sambalnya, terdengar mantap kan? He-he...
Saat cobek sudah ada di hadapan saya, aroma sambal cabe segar berpadu dengan bawang putih, duh menggoda selera makan saya. Perut semakin keroncongan. Langsung saja saya cuil bebek gorengnya. Rasanya masih sama seperti pertama kali saya mencobanya, gurih, cruncy di luarnya tapi terasa lembut di dalamnya, yup dagingnya terasa lembut dan bumbunya meresap sampai ke dalamnya. Mantap banget rasanya, apalagi setelah kita santap dengan nasi dan sambalnya tadi.
Nasinya tersedia dua macam, nasi putih cobek atau nasi uduk cobek. Bergantung pada selera, dua-duanya enak kok. Minumnya ada aneka juice, es calamansi dan masih banyak lagi. It’s very delicious ...slurrrpppp.

Berburu Bebek Goreng Cak Koting

 

Orang Yogya mana yang tidak kenal dengan penjual bebek goreng Cak Koting? Bebek goreng yang satu ini sudah sangat terkenal, bahkan sampai ke luar kota. Kali ini kami sedang berada di kota Yogyakarta, dan memang sengaja mau berburu bebek goreng yang sudah sangat terkenal dengan kelezatannya itu, yaitu Cak Koting bu Meti.
Warung makan Cak Koting berlokasi di Jl. Dr. Sutomo atau depan bioskop Mataram. Tempatnya cukup luas kira-kira bisa menampung 100 orang lebih, ada yang menggunakan meja dan sebagian menggunakan lesehan khas yogya. Kalau pas jam makan, sebaiknya datang lebih awal karena biasanya disini akan penuh sekali. Jadi daripada tidak dapat tempat duduk, malam ini kami sengaja datang lebih awal he-he...
Dan benar saja, saat kami datang sudah hampir penuh tempatnya padahal kami datang sekitar jam 6 sore. Tempat yang tersisa hanya yang lesehan, oke lah... tidak apa-apa, yang penting saya bisa menikmati bebek gorengnya.
Cak Koting tidak hanya menjual bebek goreng, masih banyak menu enak lain nya, seperti empal goreng, soto ayam, babat, iso, tahu penyet dan lain-lain, dan semuanya enak lho. Bebeknya gurih, kering dan bumbunya meresap... pokok-nya Jos Gandos! Apalagi di tambah sambel yang memang pedas.... wah mantap deh, nggak bakalan nyesel makan disini.
Teman saya juga ada yang pesan soto ayamnya, jadi sotonya khas daerah Jawa Timuran. Sotonya berisi bihun, suwiran ayam dan kuahnya berwarna kuning, kemudian di taburi daun bawang dan daun bawang goreng, o iya ada telurnya juga. Saya sempat cicipi sedikit, dan rasanya juga sedap. Wah, semuanya kok ya enak-enak.

Bakmi Kadin Yogyakarta




Bakmi yang satu ini sudah cukup terkenal di Jogja, namanya Bakmi Kadin. Bakmi Kadin berlokasi di Jl. Bintaran Kulon No, 3 & 6 (sebelah wartel Kadin). Bakmi Kadin ini juga dikenal sebagai "Bakmi Kadin Mbah HJ. Karto/Pak Rochadi". Pendiri Bakmi Kadin adalah Mbah HJ. Karto pada tahun 1947, sedangkan penerusnya adalah Bapak Rochadi.
Dan dari zaman Presiden Soeharto, Bakmi Kadin salah satu tempat makan favorit kalau beliau sedang ke Yogyakarta. Nah di Bakmie Kadin menu makanan khas atau yang terkenalnya adalah bakmi godok (rebus) atau bakmi goreng. Yuuk kita cobain.
Di sini tersedia juga bakmi Kadin Special, bakmie menu bisa yang isinya ditambah dengan hati/ampela/sayap/kepala ayam. Bahan-bahan yang digunakan adalah mie, bawang goreng, ayam, kol, telor, tomat, daun bawang dan kekian. Enak lho...khas jawa banget hehe. Masaknya juga masih tradisional banget di Bakmi Kadin, yaitu masih menggunakan arang. Karena menurut penjualnya, menggunakan arang panas apinya pas banget.
Oh iya Terdapat juga minuman khas Bakmi Kadin, yaitu "Bajigur", bahan utama Bajigur adalah kopi, gula aren dan santan, jarang lho bajigur di jual di tempat makan. Malah saya belum pernah nemu penjual makanan dengan menu minuman bajigur.
Bakmi Kadin buka mulai jam 10 pagi, tutup sampai dengan kira-kira jam 12 malam, dalam 1 hari penjualan Bakmi Kadin bisa mencapai 500 porsi, wow cukup banyak bukan? Sedangkan pelanggan dari Bakmi kading juga banyak yang dari luar kota, antara lain; Jakarta, Surabaya, Semarang, Solo dan lain-lain. Bakmi Kadin kini telah membuka cabangnya di Jakarta  lho, tepatnya di daerah Kelapa Gading.

Kupat Tahu Banyumas



Makanan khas dari Banyumas ini, sangatlah terkenal dan banyak sekali pelanggannya mulai dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya juga terkadang ada orang Indonesia yang sudah lama tinggal di luar negeri seperti Amerika dan Australia datang dengan mengajak orang asing untuk makan Kupat tahu banyumas ini.
Kupat tahu Banyumas sudah mulai berjualan dari sekitar tahun 1956 dan perintisnya adalah almarhum Bapak Jawi yang kini sudah diturunkan kepada anaknya, Ibu Rati, jadi banyak orang juga menyebut tempat ini dengan  “Kupat Tahu Banyumas Ibu Rati”. Lokasinya Kupat Tahu ini adalah di Jl. Kulon Sodagaran - Banyumas, Jawa Tengah. Kalau dari arah Kota Purwokerto, begitu masuk ke Kota Banyumas, akan melewati jembatan diatas Sungai Serayu. Lalu setelah jembatan tidak jauh ada pertigaan, lalu Anda belok kanan. Sampai mentok belok kiri, Kupat Tahu Banyumas Ibu Rati ada di sebelah kanan jalan.
Tempatnya sangatlah sederhana, untuk menggoreng tahu Ibu Rati masih menggunakan kayu bakar. Setiap hari buka mulai pukul 11.00 sampai dengan maksimal jam 15.00 dalam beberapa jam buka bisa mencapai 100 piring dan dengan harga 1 piring cukup murah yaitu hanya Rp 4.000 per piring.
Kupat tahu banyumas yang isinya adalah Tahu Goreng, Toge, Ketupat, Bawang Putih, Bawang Goreng, Cabe, Air Gula. Untuk topingnya biasa ditaburi Bawang Merah dan Kerupuk Mie. Dan jangan lupa disini juga sedia tempe mendoan, jadi bisa ditambah tempe mendoan yang dipotong-potong lalu dicampurkan ke dalam kupat tahu.
Rasanya agak manis (dari kuahnya), tahunya tidak begitu asin dan lumayan kres-kres karena tadi tahu gorengnya kita minta digoreng agak kering. Lalu ditambah dengan kerupuk. Perpaduan yang jangan kami temukan. Enak dan nikmat... joooosh banget  deh.
Kalau Anda sedang melintas di Banyumas jangan lupa mampir di Kupat Tahu Banyumas Ibu Rati ini ya, jarang sekali akan menemukan makanan seperti ini.

Super Vegas Hotdog, Nyam-nyam...




Sosis sepanjang tiga puluh sentimeter dengan taburan parutan keju cheddar itu benar-benar mengundang air liur. Super Vegas Hotdog memang merupakan menu andalan Vegas Hotdog yang terletak di Central Park, Jakarta.
Tak hanya tampilan sosis yang super panjang, daging sapi dari sosis itu pun sangat juicy dan tebal. Belum lagi tambahan roti lembut yang berpadu pas dengan sosis. Saat digigit, sosis mudah putus dan aroma daging mengiurkan pun keluar.
"Percaya gak percaya, walau sudah diberi saus, rasa sosis tetap terasa," jelas Stephanie Lasmana, pemilik Vegas Seafood. Saya pun membuktikannya dengan makan sosis menggunakan delapan saus berbeda. Benar saja, rasa daging dari sosis tetap kuat terasa.
Serunya, Vegas Hotdog memiliki station saus sendiri. Saat hotdog pesanan datang, hotdog polos tanpa saus. Anda bisa menambahkan saus sendiri sesuka hati Anda. Ada pilihan mayonaise, saus tomat, saus sambal, dan enam saus lainnya.
"Konsep kami 'Feel Free to Make Your Own Taste'. Tamu pencet-pencet sendiri saus yang disuka. Jadi terserah tamu mau bikin rasa apa, mau pedas, asin, manis, terserah saja," jelasnya.
Mayonaise yang dipakai merupakan buatan sendiri. Pantas saja rasanya beda dengan mayonaise yang biasa ada di pasaran. Mayonaise di Vegas Hotdog lebih terasa manis lembut dan ringan.
Selain tiga saus utama, terdapat enam saus lainnya. Saat itu, saya berkesempatan mencoba Saus Jepang, Saus Singapore, Saus Indonesia, Saus Brazil, Saus Thailand, dan Saus Texas. Semua memiliki rasa yang berbeda-beda. Saus Brazil yang pedas sampai Saus Indonesia dengan cita rasa kacang di dalamnya.
"Pelanggan sukanya yang saus thailand. Tapi enam saus ini nanti akan kita ganti terus. Jumlahnya selalu enam. Kita pertahankan saus yang jadi favorit, yang kurang disuka kita ganti," kata Stephanie.
Inilah keunikan Vegas Hotdog, keseruan berkreasi sendiri dengan saus aneka rasa tanpa merubah rasa sosis itu sendiri.
Ada lima rasa hotdog yang ditawarkan. Selain hotdog, ada pula burger dan sandwich.
"Kita punya aneka makanan tradisional Amerika. Makanya konsep interior adalah kafe era 1950-an," katanya.
Tak heran di dinding terpampang gambar Elvis Presley sampai Marilyn Monroe. Vegas Hotdog juga memanjakan tamu dengan aneka permainan meja untuk teman nongkrong.
"Karena konsep kafe jadi biar terasa fun. Apalagi kita buka sampai jam 12 malam. Rencananya kita akan buka 24 jam. Jadi kita sediakan games," ungkap Stephanie.
Keunikan lain adalah pemakaian iPad sebagai menu digital. Tamu bisa pencet sendiri menu yang diinginkan di iPad.
Harga yang ditawarkan pun relatif terjangkau. Super Vegas Hotdog 30 cm dibandrol seharga Rp 39.000. Kisaran harga makanan Rp 19.000 hingga Rp 40.000 Sementara minuman Rp 10.000 hingga Rp 25.000.

Ayam Malaya Jalan Lombok

 


Nyari makan malam yang enak dan murah? Kenapa nggak cobain Ayam Malaya di Jalan Lombok, Menteng, Jakarta Pusat. Sebenarnya di Jalan Lombok ini terdapat beberapa pedagang makanan bukan hanya Ayam Malaya saja, dan mereka berkumpul di satu area jalan tersebut. Jadi banyak pilihan jenis makanan, seperti Go Hiong, Nasi Goreng Gila, Sate Ayam, dan Roti Bakar. Tapi yang lumayan menjadi favorit disini adalah Ayam Malaya-nya, makanya tempat ini terkenal dengan nama Ayam Malaya. Tempat ini pun dijadikan tempat kongkow-kongkow dari anak muda sampai orang tua pun ada. Tempat ini mulai beroperasi dari sore hingga tengah malam.
Malam itu saya dan teman saya yang baru datang dari Purwokerto, Wendy, mau makan malam, nah kebetulan dia belum pernah nyobain Ayam Malaya ini, makanya saya ajak dia untuk mencobanya. Tempat ini sebenarnya sangat sederhana, hanya ada gerobak-gerobak makanan dan beberapa meja sederhana dan kursi yang di tempatkan di trotoar.
Tempatnya terbuka, jadi kalau hujan, yaa...bubar kali ya..he-he... Tapi cukup bersih kok tempatnya. Atau kalau anda ingin makan di mobil juga bisa. Tapi kami pilih duduk di sebuah meja kecil dan pelayan-pelayannya langsung mendatangi kami sambil menawarkan makanan mereka.  Kami pesan Ayam Malaya yang terkenal itu, Ngo Hiong dan Nasi Goreng Gila.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, makanan kami pun berdatangan. Kita cobain dulu ayamnya ya. Ayam Malaya itu adalah daging fillet ayam yang digoreng tepung kemudian disajikan dengan kuah gurih. Rasa ayamnya sih ya seperti ayam goreng tepung biasanya, mungkin yang membuat beda adalah kuahnya itu. Kuah encer berwarna gelap dan rasanya sedikit  manis dan gurih, lebih enak sih kalau diberi sambal supaya lebih ada rasanya. Dan memang kuah yang pas banget untuk ayam goreng tepung tersebut.
Kalau saya sih lebih suka dengan Ngo Hiong-nya. Ngo Hiong disini adalah tahu goreng yang dicampur dengan adonan aci, dan disajikan dengan kuah gurih. Kuahnya mirip dengan kuah ayam tadi. Rasanya enak banget, dan tidak terasa saya menghabiskan satu porsi sendirian. Nah kalau nasi goreng gila-nya sih ya oke lah.
Boleh lah kapan-kapan makan disini lagi sambil kumpul bareng teman-teman, selain tempatnya santai banget, makanannya pun enak dan murah meriah. Lain kali kami juga pingin mencoba sate ayamnya, sepertinya enak juga.

Soto Ayam Loso Khas Purwokerto




Kota Purwokerto banyak sekali memiliki warisan kuliner yang enak dan di kota ini terdapat beberapa penjual soto yang enak dan cukup terkenal. Nah salah satu yang sangat terkenal disini adalah “Soto Ayam Jalan Bank H. Loso”. Soto yang sangat legendaris, pelanggannya pun banyak sekali mulai dari artis hinga pejabat negara seperti Ibu Megawati Soekarnoputri, Bapak Amien Rais dan terakhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hayo, siapa yang tidak penasaran dengan rasanya? Bahkan presiden saja mau mencicipinya. Makanya hari ini saya mau mencobanya.
Soto H. Loso ini memang khas kota Purwokerto, memiliki paduan rasa yang pas antara asin dan manis, dan ayam yang digunakan adalah ayam kampung. Sotonya berisi suwiran ayam kampung, ketupat, tauge, kerupuk mie, kerupuk warna, ditambah dengan daun bawang dan terakhir ditaburi dengan bawang goreng.
Mantap ya isinya he-he... apalagi ditambah dengan sambalnya. Sambal yang digunakan disini adalah sambal kacang ... pokoknya jos gandos deh! Rasa kuahnya lezat sekali, nikmat banget dan harganya juga terjangkau. Memang soto ini porsinya tidak terlalu besar, tapi cukup mengenyangkan juga kok.
Setiap harinya Soto Jalan Bank H. Loso bisa menjual 700 - 1.000 porsi lho, kalau weekend banyak juga pelanggan dari luar kota yang mampir dan banyak juga pejabat daerah yang sering makan disini. Soto Jalan Bank H. Loso juga sering melayani pesanan untuk acara-acara penting di Purwokerto.

Ini Shabu Mongolia, Bukan Jepang!




Shabu shabu. Mendengar namanya pasti akan langsung teringat akan masakan berkuah celup-celup asal Jepang. Hmm... tapi ini berbeda, shabu shabu yang ini khas dari Mongolia, negeri tirai bambu sana. Apa sih yang beda dari shabu Jepang dan shabu Mongol? Ikuti terus ulasan berikut.
Pertama di Jakarta
Inilah pertama kalinya saya mencicip shabu shabu dengan kuah yang 100 persen berbeda dari resto lainnya. Di tempat lain, kuah shabu hanya terbuat dari kaldu yang diberi sedikit bumbu kemudian ketika makan, dagingnya mesti dicelup dulu dengan saus yang disediakan supaya daging ada rasa, maka tidak di Little Sheep China Shabu Shabu ini.
Kuah shabu yang disajikan dipenuhi oleh aneka macam rempah dan biji-bijian yang banyak di jumpai di China dan India (tampaknya letak Mongolia yang tak jauh dari India juga turut memengaruhi cita rasa masakan Mongol). Sebut saja, angco, kinci, kelengkeng kering, kurma, kapulaga, jahe, daun bawang dan aneka macam rempah lain termasuk potongan cabai dan bongkahan bawang putih yang sungguh teramat sangat banyak. Luar Biasa!
"Aneka rempah ini sudah dirancang oleh para ahli makanan turun-temurun di Mongol sana untuk mampu memberikan sensasi hangat di tubuh dan juga dapat menjadi penambah vitalitas dan bahkan obat flu," ujar Michael, pengelola resto yang terletak di Gedung BRI 2, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.
Soal rasa? Wow..., bumbu yang melimpah pada kuah ini mengakibatkan daging atau sayur yang dimasukkan ke dalam langsung otomatis memiliki rasa yang merasuk sehingga untuk memakannya tak perlu lagi dicelupkan ke berbagai macam saus. Rasanya sendiri saya memesan yang original dan spicy. Untuk yang original, masih terasa betul aroma kaldu ayam dan sapi yang berbaur lembut gurih sekali. Dengan perlengkapan bongkahan bawang putih dan buah kelengkeng kering, angco dan kinci, rasanya sangat lembut dan hangat di badan.
Begitu mencoba yang spicy, wow,… rasanya lima kali lipat lebih hangat di badan. Dengan personel kurang lebih sama dengan yang original namun ditambah chili oil, potongan cabai, dan kurma sebagai penetral pedas, wow… sekali lagi wow … teramat mantab untuk diceritakan.
Aneka isi shabu
Jika di Jepang terkenal shabu shabu dengan daging sapinya, di Mongol terkenal akan shabu daging dombanya. "Di Mongol sana, domba memang ada di mana-mana. Daging domba pun menjadi hidangan utama mereka," kata Michael menjelaskan alasan menggunakan daging domba bukan daging sapi.
Di sini saya memesan daging domba bagian punggung. Oh, my … mantab sekali. Dengan lemak yang bergelimang, dagingnya begitu sampai di lidah langsung terasa lumer. Gurih sekali. Love it. Bagian punggung ini memang merupakan best seller di sini karena lemak manisnya yang langsung saja lumer dilidah.
Untuk aneka daging sapinya, saya mencoba striploin dan short. Bagian short memiliki lemak yang lebih aduhai, rasanya pun lebih gurih dan membuat saya tak ingin berhenti mengunyah. Meski telah terasuk dengan aneka bumbu yang pedas, rasa manis daging tetap tak hilang. Hal ini tentu karena penggunaan daging sapi segar pilihan. Enak sekali.
Tambahan lainnya, masih ada aneka macam bakso, dumpling, dan wonton. Juga ada aneka macam seafood, sayur, jamur, dan tahu. Hm,… semua terasa sangat ngangenin. Jika Anda sedang membawa tamu, keluarga atau ingin ramai-ramai makan bersama teman, tak ada salahnya mencoba little sheep ini. Sensasi yang beda dengan rasa lezat tiada tara. Nyaaaam … apalagi kokinya langsung dibawa dari negeri tirai bambu sana.
Sampai-sampai ketika saya bertanya pada salah satu pengunjung, ia mengaku pernah makan di resto yang memang franchise ini di Taiwan dan komentarnya, "Rasanya sama persis. Enak sekali. Sampai sampai jika sedang tidak ke luar Jakarta, seminggu 2 kali saya pasti makan disini," ujarnya.
La mian atau mi tarik
La mian di sini juga rasanya enak sekali. Mi yang dibuat dengan cara ditarik-tarik secara manual sesaat sebelum direbus ini memiliki tingkat kekenyalan dan kehalusan yang tak dimiliki oleh mi yang dibuat dengan mesin. Ya, hal ini karena sebelum ditarik-tarik dengan tangan, ia terlebih dahulu dipukul-pukul dengan kuat.

Menikmati Kuliner Peranakan




Ketika kuliner China bersentuhan dengan rasa Melayu, lahirlah kemudian masakan peranakan. Suatu paduan yang indah di lidah.
Asam-asam iga sapi, soka salad mangga, ikan pecah kulit bakar dengan pelengkap sambal petis dan sambal tomat, serta segelas es cin teng, yang berisi berbagai bahan herbal asal negeri China, tersaji di meja makan Kedai Tiga Nyonya pada Kamis (27/1/2011) siang.
Di tengah udara panas Jakarta pada siang itu, menyantap menu yang merupakan favorit pelanggan restoran tersebut terasa sangat pas. Sesuai namanya, asam-asam iga, yang disajikan di panci kecil beserta pemanasnya, terasa segar. Kuahnya mirip seperti kuah tom yam, asam dan agak pedas.
Rasa segar juga ada pada soka salad mangga yang memakai mangga muda sebagai salah satu bahan utama. Irisan mangga berbentuk seperti korek api, daun selada, dan wortel diracik dengan bawang merah, potongan cabai, dan bumbu lain yang memunculkan rasa asam sekaligus segar. Di atas irisan berbagai sayuran ini diletakkan kepiting soka, kepiting bercangkang lunak, yang digoreng dengan balutan tepung.
Menu lain yang tak kalah nikmat, terutama saat disantap dengan nasi putih hangat, adalah ikan pecah kulit yang dibakar. Sepintas, rasanya mirip ikan kue, tetapi yang ini memiliki daging yang lebih tebal.
Menurut Paul B Nio, pemilik restoran yang didirikan Desember 2003 ini, ikan pecah kulit adalah ikan laut yang hidup di perairan dalam. Meski bumbunya sudah cukup terasa hingga ke daging ikannya, Kedai Tiga Nyonya menyajikan menu ini dengan pilihan sambal petis dan sambal tomat, seperti dabu-dabu, yang khas Indonesia.
Maka, jadilah menu yang diberi nama Ikan Bakar Spesial Tiga Nyonya ini menjadi salah satu representasi menu peranakan, dalam hal ini gabungan antara menu Indonesia dan China.
”Saya berusaha agar menu peranakan yang ada di sini menampilkan sisi Indonesia, baik saat dipadukan dengan kuliner China maupun Belanda,” kata Paul yang juga menyediakan menu yang dipengaruhi budaya Belanda.
Keinginan Paul menonjolkan sisi Indonesia ini dilatarbelakangi pengalaman dia dan istrinya, Winnie. Keduanya cukup sering mencicipi masakan peranakan di Singapura saat mengunjungi anak mereka yang sekolah di sana.
”Di Singapura dan Malaysia, masakan peranakan dikenal dengan luas dibandingkan di Indonesia. Tetapi, hampir semuanya berbumbu kari. Agak sulit untuk menemukan masakan dengan variasi lain,” kata Paul.
Dari pengalaman itulah, Paul, yang memang sudah melirik bisnis kuliner selepas krisis moneter, melihat peluang besar, yaitu mempromosikan perpaduan kuliner China dengan kuliner Indonesia yang lebih beragam. Setelah menetapkan jenis masakan yang akan dijual, Paul dan istrinya mengumpulkan resep keluarga untuk memunculkan konsep makanan rumahan.
Atmosfer peranakan
Untuk menyajikan keotentikan rasa, Kedai Tiga Nyonya menghindari penggunaan penyedap rasa berupa MSG. ”Kami benar-benar memakai bahan aslinya. MSG diganti rempah-rempah atau bumbu lain. Toh, orang zaman dulu tidak memakai MSG saat memasak,” kata Paul, yang kemudian menjelaskan konsekuensi dari penggunaan bahan-bahan otentik tersebut, yaitu harga di restorannya lebih mahal dibandingkan restoran lain yang sejenis.
Sebagai bagian dari strategi pasar, yaitu untuk menjangkau konsumen yang luas, Paul memilih menyajikan hanya makanan halal meski sesekali ada konsumen yang menanyakan menu nonhalal.
Suasana rumah pun dibuat di Kedai Tiga Nyonya untuk memperkuat konsep masakan, salah satunya di TIS Square, Tebet, Jakarta. Di salah satu sudut ruangan dengan meja makan bundar, terdapat beberapa guci, sangkar burung yang digantung di langit-langir, dan lemari cuiho yang sudah berusia sekitar 80 tahun. Seperti halnya resep, beberapa barang yang menjadi interior ruangan adalah barang-barang milik keluarga.
Nama Tiga Nyonya sendiri berasal dari sebuah foto hitam putih bergambar dua perempuan dewasa dan anak kecil mengenakan kebaya encim dan kain. ”Foto aslinya milik kolektor barang seni. Karena dia tidak mau menjualnya, fotonya saya pinjam untuk diperbesar supaya bisa saya tempatkan di setiap Kedai Tiga Nyonya,” kata Paul sambil menunjukkan sebuah buku bertahun 1892 dalam foto tersebut.
Peranakan Malaysia
Istilah makanan peranakan tak hanya dikenal di Indonesia. Kuliner percampuran dari bangsa yang berbeda ini juga dikenal di Malaysia dan Singapura. Beberapa restoran Malaysia yang bertemakan kuliner peranakan bahkan sudah merambah pasar Indonesia, salah satu di antaranya adalah Ah Tuan Ee's yang berada di Pacific Place, Jakarta.
Restoran yang berdiri tahun 2000 di Petaling Jaya, dekat Kuala Lumpur ini, menyajikan makanan peranakan yang tak hanya memadukan masakan Malaysia dan China, tetapi juga dipengaruhi kuliner Portugis dan Belanda.
Dalam buku menu restoran ini diceritakan, masakan yang dijual berasal dari resep keluarga, seperti halnya Kedai Tiga Nyonya. Frankie Cheah, pendiri restoran, menjual masakan dari resep milik ibunya, Lim Chye Tuan.
Dalam buku menu itu pula diceritakan, masakan Malaysia peranakan pada umumnya memiliki rasa pedas, seperti asam laksa dan ikan asam pedas. Masakan peranakan lain yang cukup populer di Malaysia adalah laksa dan kangkung belacan (terasi).
Pengelola Ah Tuan Ee's di Indonesia, Iwan Tjandra, mengatakan, secara umum masakan peranakan Malaysia dan Indonesia tidak jauh berbeda. ”Yang membedakan biasanya hanya di beberapa bumbu. Misalnya, ikan goreng asam manis. Di Malaysia, ikannya dilumuri belacan lebih dulu, sedangkan di Indonesia langsung digoreng. Rasa asam manisnya sendiri adalah khas China,” tutur Iwan.
Beberapa menu juga sama-sama dimiliki kedua bangsa dengan kekhasannya masing-masing, seperti nasi goreng, mi goreng, dan nasi uduk atau yang di Malaysia disebut nasi lemak.

Rujak Belong Ibu Sutrisno




Makan rujak yuk... siang-siang enak banget nih kalau makan rujak buah, seger. Sewaktu kemarin saya berada di Purwokerto, saya sempat mencoba rujak buah yang enak sekali, dan ternyata rujak yang satu ini sudah cukup terkenal di Purwokerto.
Namanya adalah Rujak Belong, lokasinya berada di Jalan Situmpur/Pramuka nomor 85 Purwokerto. Tempatnya tidak terlalu besar dan berada di pojok. Nama pemiliknya adalah Ibu Sutrisno. Dan ternyata beliau juga berjualan oleh-oleh khas Purwokerto disamping tempat berjualan rujak.
Rujak Belong menjual 3 menu andalan, yaitu gado-gado, rujak sayur dan rujak buah. Tinggal pilih mau yang mana. Rujak sayurnya berisi kangkung, wortel, kol, kacang panjang, tahu, ketupat, labu siam, bumbu kacang, cabai, garam, terasi, kencur. Terasa sekali aroma kencurnya lho.
Sedangkan rujak buahnya berisi timun, bengkoang, jambu air, kedondong, nanas, ketela, pisang klutuk, terasi, garam, cabe, kacang dan gula merah. Kalau gado-gadonya ya berisi sama persis dengan gado-gado di Jakarta, ada lontong, tahu goreng, tempe goreng, kol, timun, kacang panjang, dan kentang.
Karena semuanya kelihatan menggiurkan, kami pun langsung pesan ke 3 menu tersebut he-he... Lapar atau doyan ya? Biarin deh, yang penting saya jadi tidak penasaran lagi dengan rasanya.
Setelah saya cicipi satu-per satu, ternyata memang enak semua lho. Gado-gadonya mantap ... bumbu kacang yang lezat berpadu dengan sayuran sehat, membuat saya semakin yakin untuk menghabiskannya. Apalagi rujak buahnya, wahh... bumbunya enak banget. Buah yang segar dicampur dengan bumbu kacang yang manis dan agak sedikit pedas, yummy abis deh. Rujak sayurnya pun enak banget, yang ini rasanya lebih asin sedikit dibandingkan gado-gado tadi.
Dan yang jelas harganya juga murah banget. Gado-gadonya hanya Rp 6.000 sedangkan rujak buah dan sayurnya hanya Rp 4.000 saja. Murah kan. Di sini juga ada yang unik lho, yaitu tempat cobeknya yang berukuran jumbo, kira-kira diameter 40 cm dan di bagian tengahnya sudah penyok (cekung) karena seringnya ngulek di satu tempat.

Soto Kudus Ala Pendopo




Pendopo 21 adalah restoran yang terletak di bilangan Kelapa Hybrida, daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Tempatnya berkonsep minimalis dan bernuansa Jawa yang sangat kental, unsur kayu sangat mendominasi interiornya.
Makanan yang ditawarkan oleh Pendopo 21 adalah makanan khas Jawa Tengah, khususnya dari kota Kudus dan Semarang. Diantaranya adalah Soto Ayam Kudus, Nasi Pindang Ayam, Nasi Liwet Semarang, Ayam Goreng Kalasan, dan aneka sate, seperti sate telur puyuh, sate ati ayam, sate ampela, dan lain-lain. Menu Ayam Penyet dan Iga Penyet juga ada disini.
Pendopo 21 juga menawarkan berbagai minuman, mulai dari fresh juice, wedang jahe, teh poci... sampai es jahe kelapa juga ada. Salah satu yang sangat digemari disini adalah Es Jelly Pendopo, Es Jahe Kelapa, dan Es Durian Kopyor.
Kali ini saya dan teman-teman pesan soto ayam kudus, nasi pindang campur, nasi pindang pisah, nasi liwet semarang, dan ayam penyet Pendopo 21. Kami juga pesan sate kerang, sate ati ayam dan untuk esnya kami pesan andalan es di sini yaitu es jahe kelapa. Saya coba kuah pindangnya dulu ya, hmmm...nyam sedap banget kuahnya, apalagi dicampur dengan sambal bikin rasanya semakin lezat. Kalian harus cobain sendiri.
Mau pesan nasi pindang campur juga bisa. Nah Nasi Liwetnya juga tak kalah lezatnya, dengan suwiran ayam, dan sayur labunya,  hmmm yummy plus telur pindang, dan tahu opor. Mantap! Orang di meja sebelah saya sampai nambah satu porsi lagi..hehe...
Rasa soto ayam kudusnya .... he-he so pasti enak! Tidak heran ini menjadi salah satu favorit disini. Suwiran daging ayamnya juga menggunakan ayam kampung, plus tauge, kucai, dan tidak boleh ketinggalan adalah taburan bawang putihnya, membuat kuahnya semakin harum.
Sekarang giliran mencicipi ayam penyetnya dengan sambalnya yang pedas itu. Lebih nikmat lagi kalau makan ayam penyetnya masih panas. O iya, sate kerangnya juga enak. Menurut waiters-nya, sate ayam usus basahnya juga menjadi favorit disini. Akhirnya kami pesan es jelly pendopo... Lucu lho, bentuk jellynya bermacam-macam. Ada yang berbentuk telur puyuh, mata ikan, bunga, dan lain-lain. Rasanya enak dan menyegarkan.

Ayam Panggang dan Nasi Uduk, Hmmm...




Pada saat kami melewati daerah Tanjung Duren Barat, tidak sengaja kami melintasi Kedai Cemara. Banyak mobil berderet-deret di depan rumah makan itu dan di papannya tertulis ayam panggang dan ayam goreng. Kayaknya enak nih sampai banyak mobil memenuhi area depannya. Jadi, nggak ada salahnya kita coba, mumpung belum makan malam. Kami pun berhenti, dan parkir agak jauh karena di depan rumah makan sudah penuh semua.
Ternyata Kedai Cemara ini cukup terkenal juga lho, terbukti pada saat kami makan, hanya tersisa satu meja kosong. Ramai sekali disini, dan hampir semuanya makan ayam goreng. Tempatnya pun cukup rapi dan bersih. Kami pun menempati salah satu meja dipojokan.
Sesuai dengan rekomendasi pelayannya, kami mencoba menu andalan mereka yaitu ayam panggang, ayam goreng, tahu goreng, usus goreng dan sayur asam. Ternyata kalau mau cepat, kita bisa pesan di depan langsung. Yup, ayam-ayam mentahnya diletakkan di sebuah display di depan pintu masuknya. Untuk nasinya juga ada dua pilhan, nasi putih atau nasi uduk. Dan tentu saja kami pilih nasi uduk he-he... supaya lebih gurih.
Pelayanannya cukup cepat juga, ayam pesanan kami sudah datang kurang dari 10 menit. Saya cobain ayam panggangnya dulu. Rasanya enak, dagingnya empuk, dan bumbunya juga meresap sampai ke dalam. Yummyy.... boleh juga nih ayam panggangnya. Sekarang giliran ayam gorengnya yang saya cicipi, hmmm... yang gorengnya juga lumayan enak. Tapi saya lebih suka yang panggangnya, apalagi disantap dengan nasi uduknya ... mantep enaknya.
Saya juga suka dengan tahu gorengnya, dalamnya lembut dan berasa bumbunya. Tadi kami minta supaya usus gorengnya digoreng kering supaya lebih kriuk-kriuk. Teman saya pun suka sekali dengan sayur asemnya, katanya mirip dengan sayur asem buatan ibunya he-he... O iya kami juga pesan Es Jeruk Murni, segar dan fresh tanpa campuran lainnya.

Ketupat Sayur Haji Mahmud




Sarapan pagi dengan ketupat sayur kelihatannya enak, ya. Di Jakarta banyak sekali penjual ketupat sayur, apalagi di dekat perkantoran. Saya punya info menarik, nih. Ada satu ketupat sayur yang enak banget dan layak untuk Anda coba. Namanya Ketupat Sayur Haji Mahmud di daerah Kebayoran Lama.
Tempatnya tidak besar dan sederhana, tetapi selalu ramai pengunjung. Dulu saya sering sekali melintasi warung ketupat Haji Mahmud ini karena kebetulan saya tinggal di Kemanggisan. Dari dulu, ya, selalu ramai seperti sekarang ini. Tadi pagi saya pun menyempatkan diri mampir ke sini, kangen juga makan ketupat sayurnya. Hmm..., sudah lama juga saya tidak makan ketupatnya. Padahal, dulu saya adalah salah satu penggemar ketupat Mahmud ini. Tempatnya pun masih sederhana seperti dulu. Setelah memesan, saya memilih tempat duduk di ujung dekat pintu.
Di Ketupat Sayur Haji Mahmud, lauknya bisa dipilih, mau pakai tahu atau telur, bahkan keduanya. Ada juga gorengan bakwan yang berisi udang. Rasa ketupatnya sendiri, sih, sama dengan ketupat yang lain. Yang membuat Ketupat Sayur Haji Mahmud ini istimewa adalah karena rasa kuahnya yang lezat banget. Agak manis dan pedas, mantep, deh. Isinya dicampur dengan sedikit sayur, lauk tahu, dan telur. Wah..., apalagi dimakan hangat-hangat, enak banget.
Kalau saya, sih, suka banget ama tahunya, empuk dan rasanya lezat. Sangat cocok dimakan dengan ketupatnya. Gorengan bakwan udangnya juga renyah. Cobain, deh, bakwannya dicampur dengan kuahnya, yummy. Gak heran kalau tempat ini selau ramai pengunjung.

Soto Mi Bogor Gang Macan




Mau makan yang berkuah dan segar? Cobain deh makan soto mi bogor yang berkuah lezat, gurih dan segar. Ditambah dengan potongan risoles dan daging sapi yang empuk, nyam-nyam.... kedengarannya asyik ya. Tapi jangan sampai salah pilih, karena tidak semua soto mi enak. Ada satu tempat soto mi yang menurut kami enak banget, dan jadi salah satu tempat favorit kami untuk makan siang, yaitu  Soto Mi dan Sop Daging Gang Macan, Jakarta Barat.
Tempatnya memang agak terpencil, kalau dari Jalan Daan Mogot (dari Grogol) terus saja sampai melewati Indosiar, nah di samping KFC ada jalan bernama Gang Macan. Tepatnya di pinggiran Ruko. Pasalnya dulu beliau pernah berjualan di depan Indosiar, tapi sekarang sudah pindah di Gang Macan ini.
Disini ada dua menu, yaitu soto mi dan sop daging. Sebenarnya sih kuahnya sama saja, yang membedakan hanya minya saja. Kalau di soto mi ada mi, daging, risoles, dan lobak. Sedangkan kalau di sop daging tidak diberi mi.
Kali ini saya ingin mencoba sop gagingnya, dan teman saya makan soto mi. Soto dagingnya berisi potongan daging sapi, lobak, potongan risoles dan kuah yang sedap sekali. Sopnya benar-benar Joss Gandoss!! Hal ini terbukti dengan tempatnya yang selalu ramai meskipun hanya warungan biasa.
Daging sapinya empuk, lembut, dan kuahnya sedap banget, apalagi ditambah dengan sambal yang pedas,,, nyam nyam...Yummy. Anda cobain deh, baik soto mi atau sop daging sama-sama enaknya, tinggal pilih sesuai selera mau pakai mi atau tidak. Racikan bumbunya yang pas membuat rasa sop daging dan soto mi gang macan tiada tandingannya.
Sebenarnya soto mi khas bogor ini sudah ada cabangnya, yaitu di pasar daerah Jelambar, tapi yang di Gang Macan lebih mudah dicari. Tapi jangan sampai kesiangan ya, karena kata penjualnya, biasanya jam 13.00 sudah habis.

Yuk Cobain Ikan Patin Bakar Bambu




Ikan Patin Bakar Bambu... akhirnya kesempatan itu datang juga, he-he... sudah beberapa kali keluarga saya bercerita soal ikan bakar bambu ini, dan kebetulan ada kerabat yang baru datang dari Belanda. Jadi sekalian deh kita ramai-ramai makan disana.
Memang sih tempatnya agak jauh, di daerah Cimanggis. Jadi kita melewati tol arah Bogor, terus saja sampai melewati pintu tol Cibubur, dan keluarnya di pintu tol Cimanggis. Cari saja tempat golf Emeralda, nah letak Rumah Makan Kalimantan ini tidak jauh dari Emeralda Golf.
Begitu sampai di sana, wow... mobil berderet-deret di parkirannya, penuh banget. Untung kami sudah pesan terlebih dahulu untuk makan siang hari ini. Kalau tidak, hmm... nggak jamin dapat tempat duduk. Keramaiannya menunjukkan bahwa tempat ini istimewa. Jadi semakin tidak sabar untuk mencoba ikan patin bakar bambunya.
Kami pesan ikan patin bakar bambu, sup ikan gurame, udang goreng tepung, tumis kangkung, sup buntut, dan sambal mangga. Minumannya jeruk kelapa....mantap dah.
Saya kaget waktu melihat ikan bakar bambunya....weleh besar sekali...ha-ha... Tapi percaya tidak, ikan sebesar itu bisa saya habiskan hanya berdua dengan pacar saya. Lapar apa doyan ya? He-he... habis enak sih, enak banget malahan. Daging ikannya empuk, dan tidak terasa bau tanah seperti ikan patin bakar lainnya. Belum lagi bumbunya yang meresap sampai ke dalam, wuihh... sip banget deh pokoknya. Makannya dengan sambal mangga yang pedas.... tambah nikmat.
Sup ikan guramenya juga enak, segar dan lezat, yang ini juga harus kalian coba. Tumis kangkungnya pun enak, udang goreng tepungnya ya lumayan enak. O iya es jeruk kelapanya porsinya besar lho, ini seger banget... apalagi siang-siang, panas, minum es jeruk... seger!! Kami juga pesan ikan patin bakar bambu nya untuk dibawa pulang, he-he...
Jauh-jauh ke Cimanggis untuk makan ikan patin bakar bambu....bener-bener gak sia-sia. Uenak Abizz...

Ayam Betutu Khas Gilimanuk




Hari ke-2 di Bali, jadwal kami adalah sesion foto di pantai Geger, Nusa Dua. Setelah seharian sibuk foto sana-sini dan kepanasan, perut kami sudah pasti keroncongan. Malam ini harus makan enak he-he... Mumpung di Bali, kami mau makan makanan khas Bali. Kemudian teman kami merekomendasikan ayam betutu gilimanuk. Hmm...boleh juga, karena kami juga belum pernah mencobanya.
Langsung deh kami beramai-ramai meluncur ke daerah Renon, makan di salah satu cabang mereka yang ada di Jl. Merdeka 88. Tidak sulit menemukan tempat ini, plang namanya terpampang lumayan besar dengan menampilan ikon komedian Bali yang sangat terkenal, yaitu Dollar. Foto Dollar yang sangat besar di pajang disini. Tempatnya sangat luas dan nyaman, ada beberapa tempat duduknya yang ditempatkan di area teras belakang yang terbuka.
Setelah melihat menunya, kami memesan menu spesial mereka yaitu ayam betutu goreng dan ayam betutu gilimanuk. O iya kami juga pesan sate kakul, yang terbuat dari keong. He-he... baru kali ini saya menemukan sate keong, patut dicoba.
Ayam betutu gilimanuk itu ayam yang dimasak dengan cara diungkep dan disajikan dengan kuah khas yang langsung di campur di ayam tersebut. Rasa daging ayam betutunya enak, lembut dan lezat kuahnya pun meresap sampai ke dalam daging ayamnya. Rasa kuahnya pun mantap, sedap agak pedas, dan enak pastinya.
Sekarang kita coba ayam betutu goreng-nya, bedanya dengan ayam betutu gilimanuk adalah ayamnya digoreng dan kuahnya yang dipisah. Jadi dagingnya bisa lebih kering, kemudian dicocol dengan kuahnya dan jangan lupa sambal khas Bali, yaitu sambal matah atau sambal mentah. Sekarang kita coba sate kakul-nya, sate yang terbuat dari daging keong dan ditaburi dengan sambal kacang seperti bumbu sate ayam. Rasanya enak juga, lebih tepatnya unik.
Mau cobain ayam betutu gilimanuk? Tidak perlu jauh-jauh datang ke Bali, karena mereka mempunyai beberapa cabang di Jakarta.

Memanjakan Lidah di Pondok Baronang

 


MENIKMATI Pelabuhan Sunda Kelapa kurang afdal jika tidak menikmati hidangan lautnya. Banyak warung kaki lima di sana menyediakan hidangan laut. Tempat yang cukup nyaman untuk dinikmati salah satunya adalah Pondok Baronang Daeng Raja di kawasan pelabuhan.
Restoran yang sudah berdiri sejak tahun 2000 ini cukup terkenal. Walaupun letaknya jauh dari pusat kota, setiap jam makan siang restoran ini selalu penuh.
Konsumennya tidak hanya datang dari kawasan sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa, tetapi juga dari kawasan Sudirman, Pondok Indah, bahkan ada juga yang datang dari Bandung, Jawa Barat. Keramaiannya tidak hanya pada hari-hari kerja, tetapi juga pada akhir pekan. Biasanya pada akhir pekan pengunjung yang memenuhi Pondok Baronang adalah keluarga.
Restoran yang didominasi warna kuning kehijauan ini juga digemari para selebriti. Mereka menuliskan kesan-kesan mereka bahkan berikut dengan foto dan tanda tangan. Kemudian kesan dan foto mereka dipajang di dinding restoran dan menjadi hiburan bagi pengunjung yang sedang menanti datangnya masakan.
Kekhasan dari santapan ikan bakar di Pondok Baronang adalah sambal acar dan sambal terasinya. Walau harga cabai sedang mahal, Rusli Patta Raja (36), pemilik Pondok Baronang, tidak mengurangi rasa pedas dari sambalnya.
Sambal acarnya ini mirip seperti sambal mangga Thailand, tetapi rasanya jauh lebih menggugah selera dengan rasa pedas dan asamnya. Demikian juga dengan sambal terasinya, sangat nendang pedasnya. Sambal yang kuat cita rasa pedasnya ini membuat rasa ikan bakar makassar menjadi terasa lebih sedap.
Ikan bakar makassar berbeda dengan ikan bakar dari daerah lain. Ikan bakar makassar lebih mengedepankan rasa asli dari ikan tersebut. Ketika ikan itu dibakar, nyaris tidak menggunakan bumbu selain garam dan jeruk nipis untuk menghilangkan rasa amis dari ikan.
”Dengan dibakar tanpa bumbu seperti ini, rasa manis dan gurih dari daging ikan itu akan lebih terasa,” kata Rusli.
Ikan baronang menjadi maskot dari restoran tersebut. Namun, kegurihan juga dapat dirasakan saat menyantap ikan-ikan lain, seperti bandeng, kerapu, kue, bawal, kakap, dan gurame. Apalagi jika menyantap lemak perut ikan bandeng yang sangat tebal dan meleleh di lidah.
Selain ikan, yang juga menggoyang lidah adalah cumi telor bakar. Kalau biasanya cumi digoreng, yang ini dibakar. Rasanya, silakan cicipi sendiri.

Iga Penyet Warung Tekko, Sedap!




Dengar nama Warung Tekko pasti ingat iga penyet. Setahun belakangan ini memang sedang booming banget ya si iga penyet ini. Dari yang kaki lima sampai yang kelas restoran. Nah kali ini saya bersama teman-teman yang berasal dari luar kota ingin mencoba Iga Penyet Warung Tekko yang terkenal ini, jadilah kami langsung menuju Warung Tekko yang berada di daerah Pesanggrahan, Jakarta Barat.
Tempatnya terdiri dari dua ruko yang digabung, ada lantai satu dan dua. O iya, desain interiornya juga cukup lucu, ada beberapa lukisan Bali yang dipajang dan ada juga lampu-lampu dari anyaman bambu. Meskipun kami datang sudah hampir pukul 22.00, tapi masih saja ramai pengunjungnya, bahkan sampai ke lantai dua.
Kalau makan disini sudah pasti makan iga penyet dong, he-he... nggak lengkap kalau belum makan iga penyetnya. Kemudian, kami juga pesan cah kangkung, tahu goreng, gurame goreng kering, ayam penyet, jamur crispy, dan minumnya es jeruk nipis untuk menetralisir lemaknya.
Warung Tekko menyajikan iga penyet di sebuah piring tanah liat yang penuh dengan sambal, dan dua buah potong iga sapi yang sudah digoreng terlebih dahulu pastinya. Sambalnya juga bisa dipilih, mau sedang atau pedas, bergantung  pada selera Anda. Yuk, kita cobain iganya. Wah empuk dan lumayan kering, tidak terlalu banyak minyaknya dan terasa sekali pedas sambal penyetnya. Rasa keseluruhannya? Hmm Yummy, enak dan mantap. Cobain deh....
Sekarang kita cobain lauk yang lain, ada cah kangung dan tahu goreng. Cah kangkungnya lumayan. Nah tahu gorengnya nih yang enak, dicocol dengan sambal penyetnya, nyam nyam... enak lho. Tahunya kering diluarnya, tapi didalamnya sangat lembut. Ada juga ayam penyet, rasanya juga tidak kalah enak dengan iga penyetnya, bumbunya meresap sampai ke dalam dagingnya. Kemudian ada juga jamur crispy, salah satu menu yang sudah saya incar dari tadi. Jamur yang digoreng tepung ini rasanya sangat enak, gurih, dan tidak keras.
Tak ketinggalan gurame goreng keringnya yang sangat mengundang selera ini, begitu saya gigit.... wah rasanya benar-benar enak, kering banget, dan jadi tambah enak setelah saya campur dengan sambal penyetnya. Gurame goreng keringnya juga harus Anda coba nih he-he...
He-he... udah pada nggak sabar kan makan iga penyet di Warung Tekko. Harganya juga standar kok, tidak mahal. Selain itu cabangnya juga banyak. Jadi Anda tinggal pilih cabang yang paling dekat dengan lokasi Anda.

Nikmatnya Soto Pak Man...




Pagi-pagi saat kami melintasi jalan Prof Ir Johanes, Yogyakarta, kami sempat melihat penjual soto di pinggiran jalan dan pengunjungnya sangat ramai. Langsung saja saya ajak teman-teman saya untuk makan disitu, untung saja mereka mau he-he... Kami langsung mendatangi penjual soto tersebut, yang bernama Bapak Ngateman atau lebih di kenal dengan Pak Man.  Beliau berjualan sejak tahun 1992, sudah lumayan lama juga ya. Tempatnya berada di pinggiran jalan, dengan area yang sempit dan memanjang. Dan tampak sederetan sepeda motor para pembelinya yang terparkir rapi. Bagitu duduk kami langsung pesan sotonya, yaitu soto ayam.
Soto Ayam Pak Man hanya buka dari jam 05.00 sampai jam 13.00 saja. Sotonya berkuah bening, khas soto dari Yogyakarta banget. Isinya nasi, kembang kol yang di iris-iris, ayam suwir, seledri, perkedel, dan ada potongan tempe bacemnya. Bagaimanakah rasa sotonya?
Rasanya ... wah nikmat banget, Joss Gandoss!! Kuahnya lezat banget, terasa sekali kaldunya, asinnya juga pas. Apalagi disantap dengan suwiran ayam tadi, wah.... slurrppp.... enak banget deh pokoknya. Apalagi setelah saya tambahkan sambal di dalamnya. Teman-teman saya pun berpendapat yang sama dengan saya, menurut mereka ini enak sekali.
Jadi, jangan lihat dari penampilan tempatnya, tapi cobain dulu rasanya. Harganya juga murah banget, hanya berkisar dari Rp 5.000 sampai Rp 8.000 saja per porsinya. Pantas saja ya tempat ini ramai dengan pengunjung.
Di kota pelajar ini memang banyak sekali penjual makanan yang murah dan pastinya enak, tim Doyan Makan akan terus mencari tempat-tempat makan yang bisa jadi rekomendasi untuk dicoba juga oleh Anda. Contohnya soto Pak Man ini, tadinya saya berpikir pasti tidak enak, ternyata perkiraan saya salah.

Mie Kedondong, Nikmat Tanpa Pengawet

 

Penjual mi yang bertahan hingga berpuluh tahun biasanya mampu mempertahankan kualitas hidangannya. Salah satu yang menerapkan itu adalah Mie Kedondong, depot mungil di Jalan Kedondong Lor I nomor 7C Surabaya yang setia menjamu pengunjungnya sejak 1977.
Mie bakso pangsit di Mie Kedondong sedap di lidah karena mi yang digunakan lunak tanda kesegaran. Menurut Ny Gunawan pemilik depot, mi dibuat dua kali setiap hari, pagi dan sore. Adapun depot di Kedondong Lor buka pukul 9.00-14.00 diselang istirahat dan kemudian buka kembali 16.00-21.30.
Karenanya, mi selalu segar. Selain itu, tidak ada bahan pengawet yang ditambahkan pada mi yang dibuat sendiri itu. Depot Mie Kedondong pun kini membuka cabang Di Jalan Kutai Surabaya dan Vila Bukit Mas Surabaya.
Pada mi bakso pangsit di Mie Kedondong, mi dilengkapi dua bakso berdiameter sekitar 2 cm, sebuah pangsit, sayur selada air, dan kuah kaldu. Baksonya enak, bukan hanya sagu, tetapi terasa berdaging dan garing. Pangsitnya juga membuat ketagihan karena adonan daging pangsit gurih dan cukup banyak.
Sebelum makan, sambil menanti mi pangsit bakso disiapkan, otak-otak ikan tenggiri bisa dikudap dengan saus kacang pedas manis. Otak-otaknya gurih dan sip banget di lidah.
Untuk pencuci mulut, saya memilih es siwalan - potongan siwalan atau lontar dipadu dengan sirup coco pandan. Segar dan manis. Membuat makan siang menjadi menyenangkan.

Gurihnya Nasi Uduk Babe Saman




Ini dia nasi uduk yang sangat legendaris di Jalan Kebon Kacang, Tanah Abang, yaitu Nasi Uduk Babe H. Saman. Anda pernah dengar bukan? Bahkan nasi uduk ini sampai diikutsertakan dalam festival jajanan yang digelar setiap tahun oleh perusahaan kecap. Nasi Uduk yang terletak di Jalan Kebon Kacang 9 ini sudah menjadi bisnis turun temurun dan bisa bertahan sampai sekarang berarti memang sudah sangat terkenal.
Di Kebon Kacang sangatlah terkenal dengan nasi uduknya, karena sepanjang Jalan Kebon Kacang 9 ini ada beberapa penjual nasi uduk, tapi nasi uduk Babe H. Saman inilah salah satu yang sangat kami gemari. Rasanya tidak perlu diragukan lagi, daging ayamnya sangat lezat dan nasi uduknya sangat gurih. Waah apalagi dicampur dengan bumbu sambal kacangnya.
Nyam nyam... membuat kita tidak cukup hanya makan satu potong ayam, karena potongan ayamnya kecil-kecil, kami biasa makan 2 potong ayam ditambah sate udang dan usus goreng, plus beberapa bungkus nasi uduk, disini nasi uduk satu bungkusnya  berukuran mini, kalau takaran dengan sendok, mungkin hanya 3-4 sendok makan saja ha-ha...
Sate Udang gorengnya juga kami suka, ukurannya kecil dan bumbunya cukup meresap, biasa kami minta digoreng agak kering.
Harganya pun disini sangat terjangkau, hmmm... saya rasa tidak perlu banyak kata untuk menggambarkan kelezatannya. Anda harus cobain sendiri, ini juga salah satu tempat makan favorit kami. Makan disini kendalanya cuma masalah lahan parkir, karena jalannya cukup sempit, ditambah dengan pengunjung yang terus menerus datang.

Ikan Bakar dan Pisang, Sadap Sakali!

 

Rumah makan itu begitu bersahaja. Dari depan tampak seperti warteg. Saat melangkahkan kaki masuk ke dalam, kursi-kursi plastik khas warung dan meja makan seadanya melengkapi kesederhanaan Rumah Makan Salsabila. Namun siapa sangka, di rumah makan itu pejabat-pejabat daerah kerap datang dan bersantap. Rumah Makan Salsabila terletak di Jl. Kemakmuran, Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.
Seafood tentu saja menjadi hidangan utama. Layaknya kecamatan lain di Halmahera Utara, Tobelo dikelilingi lautan lepas. Tobelo sebagai ibukota Kabupaten Halmahera Utara memiliki pelabuhan besar tempat kapal-kapal penumpang merapat. Dari pelabuhan ke Rumah Makan Salsabila hanya berjarak 10 menit dengan mobil. Dari TPI (tempat penampungan ikan) ke rumah makan tersebut pun hanya berjarak 15 menit. Tak heran, ikan-ikan yang dihidangkan di Rumah Makan Salsabila sangat segar.
Siang itu, Kompas.com memilih Ikan Kakap Merah dan Ikan Baronang. Ikan Kakap Merah merupakan salah satu ikan andalan hasil perikanan di Halmahera Utara. Fauziah, pemilik rumah makan menanyakan apakan ikan ingin dibakar atau digoreng. Fauziah menyarankan ikan dibakar saja. Karena proses memasak ikan dengan cara dibakar merupakan khas Halmahera Utara dan tradisi turun temurun para nelayan. Saat para nelayan lapar di tengah mengarungi lautan, mereka kerap menepi di tepi pantai di pulau kecil dan membakar ikan tangkapan mereka.
Salah seorang pegawai Fauziah lalu membakar ikan. Ikan tak menggunakan bumbu selayaknya ikan bakar pada umumnya seperti kecap maupun garam. Hanya minyak kelapa bekas pakai yang dioles ke atas permukaan ikan. Ikan kemudian dibakar di atas bara api dari tempurung kelapa. Sementara menunggu ikan dibakar, pelayan mengantarkan sayur kangkung tumis dan nasi.
Tetapi tunggu dulu, ada dua piring lainnya yang berisi singkong dan pisang. Singkong dan pisang? Kernyitan heran tak terpungkiri apalagi untuk pengunjung yang biasa makan dengan nasi. Seperti masyarakat di Indonesia bagian timur, di Halmahera Utara, sagu, singkong, dan pisang menjadi makanan pokok penduduk disini. Singkong dan pisang digodok dalam campuran santan, gula, dan garam.
"Ini namanya pisang Sepati, kalau di Jawa dibilangnya pisang Kepok," jelas Fauziah sambil menunjukkan satu sisir pisang kepok. Tentu saja tak lengkap rasanya makan ikan bakar tanpa sambal. Sambal Dabu-Dabu menjadi andalan masyarakat Maluku Utara. Selintas Anda mungkin sering menemukan sambal jenis ini di restoran Manado. Memang cara pembuatan dan rasanya pun serupa.
Pertama-tama cabai diulek kemudian dicampur dengan terasi bakar, minyak kelapa bekas pakai, tomat apel, dan lemon chui. Menurut Fauziah, masyarakat setempat menyebut lemon chui dengan lemon ikan, karena biasa dipakai untuk menghilangkan bau amis ikan. Sementara tomat apel merupakan tomat dengan ukuran kecil dan tekstur kulitnya yang keras.
Jadi inilah cara makannya. Suwir ikan yang telah dibakar, cocol di sambal Dabu-Dabu, dan makan bersama potongan singkong atau pisang. Sadap sakali! Begitu istilah orang Maluku untuk mengambarkan kenikmatan makanan. Ikan Kakap Merah dan Ikan Baronang yang telah dibakar sama sekali tak tercium bau amis. Tekstur daging kedua ikan itu sangat unik, saat digigit terasa lebih alot dan lebih mudah pecah. Walau tak banyak bumbu, aroma kelapa bisa tercium dan daging selintas terasa manis.
Ikan sangat cocok berpadu dengan singkong dan pisang. Rasa manis pada singkong dan pisang makin kuat karena digodok dengan gula. Sementara sambal Dabu-Dabu kuat di rasa asam lemon dan tidak begitu pedas. Namun rasa asam malah menambah cita rasa segar pada daging ikan. Memang kuliner di Maluku Utara tidak sepedas daerah lain di Indonesia. Jadi jika Anda penggemar pedas, mintalah kepada Fauziah untuk menambahkan cabai.
Rumah Makan Salsabila berdiri sejak tahun 2003 atau pasca erusuhan yang sempat melanda wilayah tersebut. Letaknya sangat strategis di pusat kota dan dekat pasar. Apalagi lokasinya bersebelahan dengan beberapa penginapan top di Halmahera Utara. Karena itu, rumah makan ini tak pernah sepi pengunjung. Fauziah menuturkan pengunjung yang makan bisa mencapai 50 orang per hari.

Sop Senggang Halimah, Nyam-nyam...

 


Kini telah hadir di Jakarta, restoran yang memberikan penghormatan sepenuhnya kepada rempah-rempah hasil bumi Indonesia. Dari luar restoran ini tampak sangat elegan, dengan dua buah jendela besar dan di beri ornamen ukiran kayu di ujung-ujungnya membuat restoran ini tampak semakin menarik. Interior di dalamnya pun ditata sangat apik.
Bertemakan kolonial Belanda, hiasan-hiasan yang di pajang pun khas zaman dulu. Ada pula sederet gambar pahlawan nasional Indonesia. Yup, ini semakin menunjukkan rasa kagum kita akan bumi Indonesia. Dari zaman penjajahan Belanda sampai sekarang, Indonesia terkenal dengan rempah-rempahnya. Bahkan sampai diekspor ke mancanegara.
Rempah-rempah sangat digunakan dalam berbagai macam masakan Indonesia. Ini yang membuat makanan Indonesia menjadi unik. Nah, menu yang ditawarkan restoran Rempah-Rempah di Jalan Senopati Raya, Jaksel ini juga sangat unik dan merupakan hasil dari resep turun temurun keluarga yang telah di sempurnakan selama lebih dari 60 tahun. Dan masakannya selalu dibuat fresh. Selain tempatnya yang bersih, pelayanannya pun cukup oke. Mereka sangat ramah melayani pelanggan.
Menu andalan di Rempah-Rempah adalah Sop Senggang Halimah, Ikan Arsik, dan Ayam Goreng Bumbu Rempah. Kami langsung pesan 3 menu tersebut. He-he.... tidak sabar kami mencoba si sop Halimahnya. Sop Senggang Halimah adalah sop daging iga sapi rempah-rempah dari Sumatera Timur dengan menggunakan lada hitam dan kuah kaldu.
Rasa kuahnya.... yummy... sedap banget, rasa lada hitamnya pun terasa. Daging iganya pun lembut. Very delicious! Sedangkan Ikan Arsik adalah ikan mas tulang lunak ala Tapanuli yang dimasak dengan bermacam-macam rempah. Begitu dicoba, wahhh... rasanya unik banget.
Nah kalau Ayam Goreng Bumbu Rempah adalah ayam goreng yang digoreng dan dibubuhi bumbu dedaunan khas Indonesia. Daging ayamnya lembut, dan bumbu rempahnya meresap sampai ke dalam dagingnya. Yang ini juga enak banget.
Sebenarnya masih banyak lagi menu khas Indonesia yang ditawarkan oleh Rempah-Rempah, tapi tidak mungkin kami coba semuanya. Lain kali kami coba menu yang lainnya. Minumannya pun menggugah selera, kami pesan Jus Terong Belanda, Jus Belimbing, dan Es Biji Salak Pacar Cina.

Serabi Terasa Nikmat Pakai Wajan Tanah

 

Serabi, penganan tradisional dari tepung beras itu, kini tak hanya dijual di pasar kumuh atau pinggir jalan. Di Bandung, Jawa Barat, serabi bahkan sudah dijual di kafe atau rumah makan, tentu dengan aspek higienitas yang amat diperhatikan.
Namun, perhatikan saja, serabi ternyata masih dimasak dengan peralatan tradisional. Penjual serabi di rumah makan dengan manajemen rapi serta interior trendi pun masih memasak makanan ringan itu dengan wajan tanah liat dan arang.
Pengelola Surabi Imut, Siti Maryam, misalnya, sudah berjualan sejak tahun 1998, di gang kecil depan rumahnya, hingga saat ini di Jalan Setiabudi. "Dari tempat kecil sampai berkembang menjadi Surabi Imut yang menyerupai kafe masih pakai arang dan wajan tanah liat," ujarnya.
Alasan Siti tak menggunakan elpiji dan wajan besi adalah aroma serabi yang berbeda. Tak ada aroma asap dari arang jika memasak memakai gas. "Padahal, aroma itu yang disukai pembeli. Serabi menjadi lebih nikmat. Saya pernah menggunakan wajan besi untuk memasak serabi," tuturnya.
Namun, serabi malah bantat sehingga Siti kembali memasak dengan wajan tanah liat. Di Jalan Setiabudi setidaknya terlihat dua tempat selain Surabi Imut yang menjajakan serabi sebagai hidangan utama, yakni Serabi La Vina dan Waroeng Setia Budhi. Di sana pun serabi masih dimasak dengan wajan tanah liat dan arang.

Kipo Legit Khas Kotagede

 

Konon, saat Bu Djito pertama kali berjualan jajanan pasar olahannya, orang-orang bertanya, "Iki opo?" Karena terlalu sering mendapatkan pertanyaan yang sama, pelan-pelan jajanan pasar itu pun diberi nama kipo. Anda bisa menemukan kipo di kios Bu Djito di Jalan Mondorakan Nomor 27, Kotagede, Yogyakarta.

utup seperti buat pastel mini," kata Istri.
Adonan yang sudah diberi isian kemudian dibungkus daun pisang, lalu dipanggang. Satu porsi terdiri dari lima kipo. Kipo-kipo yang telah berselimut daun pisang lalu dipanggang di atas cobek. Rasa manis bercampur harum pandan dan kenyalnya kulit dari ketan dalam satu gigit. Paduan yang apik. Dulu, Bu Djito menggunakan bahan bakar arang, tetapi kini memakai gas. Karena tidak menggunakan bahan pengawet, kipo hanya awet semalam.
"Tidak basi, tapi nanti jadi keras," ujar Istri.
Sehari kios Bu Djito bisa menjual 5-6 kilogram adonan. Jika 1 kilogram adonan bisa untuk membuat 80 porsi, sementara harga satu porsi Rp 1.100, Anda bisa menghitung sendiri omzet selama sebulan. Istri mengaku ingin lebih mengembangkan usahanya. Namun, ia kesulitan mendapatkan tenaga untuk membantunya.
"Tidak semua orang bisa mengerjakan ini karena berat harus mengerjakan satu-satu. Perlu ketelatenan," ia menjelaskan.
Setiap orang harus mengerjakan sendiri, dari membuat adonan sampai memanggang. Menurut Istri, tiap orang bisa menghasilkan 25-30 porsi per jam. Untuk bisa menikmati Kipo Bu Djito, Anda harus mampir ke kiosnya karena Anda tidak akan menemukannya di tempat lain.
"Saya nggak titip di mana-mana. Tidak ada di tempat lain," katanya.
Kios ini buka jam 05.00-17.00. Banyak orang memesan kipo dalam jumlah banyak. Ada pula hotel yang memesan untuk sebuah acara.
"Kadang bisa 300-400 untuk pengantin. Ada yang pesan untuk oleh-oleh dan hajatan," ungkapnya.
Saat ini di Kotagede tak hanya kios Bu Djito yang berjualan kipo. Menurut Istri, ada tujuh keluarga yang menjalankan usaha serupa. Ia tak merasa hal tersebut sebagai ancaman atau saingan bisnis karena masing-masing usaha memiliki pelanggan.


Nasi Gandul "Pak Dhe"

 


Wisata kuliner ke Kota Wisata Cibubur, ada apakah yang enak disini? Iya, kali ini kami pergi ke Cibubur karena diajak oleh Tante saya, Tante Ratna. Dia mau berkunjung ke rumah teman-nya yang ada di Kota Wisata Cibubur. Katanya ada tempat makan nasi gandul yang enak di komplek kota wisata tersebut. Wah... saya jadi penasaran. Karena jarang sekali bisa menemukan Nasi Gandul di Jakarta.
Setelah menjemput teman tante saya, kami langsung meluncur ke Warung Tenda Fresh Market Kota Wisata Cibubur. Disitu banyak sekali warung-warung tenda yang berjajar rapi dan bersih. Warung yang kami tuju sekarang adalah Warung Nasi Gandul Daging Sapi  “Pak Dhe”, persis berada disebelah warung tenda tahu telor Pak Man.
Rupanya Nasi Gandul Pak Dhe ini banyak penggemarnya, tempat makannya penuh. Hanya ada beberapa bangku yang tersisa, itu pun persis di depan kualinya .. ha-ha... Terus terang, ini baru pertama kalinya saya mencoba Nasi Gandul. Jadi penasaran akan rasanya.
Nasi Gandul adalah makanan khas dari kota Pati, Jawa Tengah, dan menurut saya mirip dengan nasi pindang. Cuma biasanya nasi pindang disajikan dengan daging ayam atau daging sapi (tanpa jeroan), sedangkan nasi gandul disajikan dengan lauk seperti bergedel, tempe, lidah sapi, usus sapi, daging sapi, paru sapi, hati sapi, dan lain-lain. Waw… jeroan, lezat tapi kolesterolnya lumayan tuh he-he... Cara penyajiannya juga mirip dengan nasi pindang, piringnya dialasi dengan daun pisang terlebih dahulu.
Nasi gandul ala Pak Dhe ini enak lho, kuahnya berwarna cokelat dan rasanya agak manis. Nyam nyam... lezat dan harumya khas sekali.  Rasa kuahnya sangat unik, karena campuran kluwak dan sari dagingnya. Daging sapinya pun empuk, begitu pula dengan jeroannya. Kapan-kapan harus dicoba lagi nih Nasi Gandul Pak Dhe, selain enak rasanya, harganya juga sangat terjangkau, Rp 15.000 sampai Rp 18.000.

Nasi Tahu Khas Rembang "Pak Man"

 


Ini dia berburu makanan berikutnya... ke Cibubur. Meskipun hujan lebat, macet, dan nyasar he-he… tapi tidak mengurungkan niat kami untuk makan Nasi Tahu Khas Rembang Pak Man. Gara-gara rekomendasi dari temannya tante, kami jadi bela-belain ke Cibubur.
Nasi Tahu Khas Rembang “Pak Man” ini ada di lokasi Warung Tenda Fresh Market yang ada di Kota Wisata. Kalau sudah masuk area kota Wisata, tinggal cari Fresh Market, nah Pak Man ini berada di jajaran paling ujung Warung Tenda (di seberangnya Alfa Midi).
Meskipun warung tenda, tapi tempatnya lumayan bersih kok. Si pemilik warung ini juga sangat ramah melayani kami. Kami pesan Tahu Telor khas Rembang, dan Sate Ayam. Sembari menunggu si ibu membuat bumbu tahu telornya, kami makan gorengan bakwan udang yang masih hangat….nyam nyam…enak.
Yang datang duluan adalah sate ayamnya, sedikit berbeda dengan sate ayam pada umumnya. Karena bumbu satenya berwarna oranye, bukan bumbu kacang. Rasa bumbu satenya gurih, terbuat dari kemiri dan bahan rempah lainnya. Daging satenya pun sangat empuk. Enak banget lho Sate Khas Rembang ini.
Nah ini dia yang kami tunggu-tunggu, Tahu Telor…dari aromanya saja sudah tercium lezatnya. Dan ternyata tebakan saya benar, tahu telornya sangat enak. Bumbu kacangnya pas, terasa sekali wangi bawang putihnya.
He-he... tidak sia-sia kami datang jauh-jauh ke Cibubur, tahu telor dan sate ayam Pak Man ini sangat enak. Next time kami mau kesini lagi.

Bakso Kikil Pak Jaka

 

Kami senang sekali lho wisata kuliner ke Bogor, menyusuri makanan di Jalan Surya Kencana. Dan tempat yang selalu kami kunjungi adalah Bakso Kikil Pak Jaka. Kalau Anda sedang jalan-jalan ke kota Bogor, tidak ada salahnya mencicipi Bakso Kikil yang enak ini. Lokasinya berada di Jalan Surya Kencana, dekat dengan Bank BCA. Pak Jaka sudah berjualan sejak tahun 1998, dan meskipun hanya berjualan di depan toko peralatan olah raga tetapi dagangannya selalu ramai dan sudah banyak sekali pelanggannya. Dan tidak sedikit juga pelanggannya yang datang dari Jakarta.
Ukuran baksonya kecil-kecil, dan kuahnya beningnya ditambahi dengan potongan-potongan kikil. Kalau tidak suka kikil juga bisa pesan tanpa kikil.  Sebenarnya saya kurang suka makan kikil, tapi suatu pengecualian di bakso kikil Pak Jaka ini he-he... Saya doyan makan kikil hanya di bakso Pak Jaka ini.  Saya suka banget baksonya, kikilnya juga enak, dan bumbu kuahnya pas. Apalagi di tambah dengan sambal, waaah mantap deh....
O iya satu lagi yang unik di bakso Pak Jaka, yaitu pangsit goreng. Biasanya kita makan pangsit kan dengan mi, tapi Pak Jaka mengkombinasikan makan bakso kikil dengan pangsit goreng. Nyam nyam... enak lho. Hmm.. Tapi terkadang saya suka kehabisan pangsitnya, wajar saja sih karena memang enak sekali pangsit gorengnya.
Pak Jaka berjualan dari jam 12 siang sampai malam, tapi kadang sore saja sudah habis, terutama kalau weekend tiba, habis diserbu oleh para pecinta kuliner Bogor dan Jakarta.
Berwisata kuliner di Bogor memang selalu menyenangkan, dengan udaranya yang sejuk dan seringnya turun hujan membuat perut ini jadi selalu lapar setiap kali datang ke kota Bogor.

Es Pisang Ijo, Segarnya...

 

Panasnya Kota Jakarta ditambah polusi knalpot kendaraan yang tak tertahankan, paling enak nge-es aja kan? Nah kebetulan beberapa bulan lalu saya mendapat kabar dari teman bahwa ada Es Pisang Ijo mantap banget di daerah Tanjung Duren. Berhubung tempat tinggal saya jauh, saya pun belum sempat sempat mampir hingga akhirnya suatu hari tiba juga di Jl Tanjung Duren Utara IV Blok O no 468 a-b Jakarta Barat. Warung Es Pisang Ijo, here I come!
Meski namanya es pisang ijo, bukan berarti jualannya cuma melulu es pisang ijo. Disini ada es kacang, es pisang kacang vla, es doang dicampur dengan susu dan sirup sampai dengan aneka macam jus. Dan atas rekomendasi kawan saya mbak Once, saya pun memesan es pisang ijo, es pisang kacang dan es kacang vla. Dan yang membuat saya terkejut, pesanan datang secepat halilintar. Baru pesan, nggak sampai 2 menit 3 macam es sudah ada di hadapan saya.
Pertama saya seruput si es pisang ijo terlebih dahulu. Luar Biasa, segarnya bukan main. Ini dia baru namanya es pisang ijo. Ya, meski es pisang ijo juga banyak di jual di beberapa tempat di Jakarta dan umumnya mereka mengklaim ’sirup asli dari makassar’, namun es pisang ijo disini memiliki rasa kesegaran yang berbeda. Sirup yang home made dibuat sendiri ini memiliki aroma wangi dengan manis yang lembut sekali.
Bubur sumsum yang digunakan untuk campuran pisang ijo pun memiliki kelembutan yang tepat dengan rasa sirup yang digunakan. Begitu sampai di lidah entah mengapa terasa seperti setengah pudding setengah ice cream yang sangat lembut dan segar. Es ini makin terasa mantap begitu sampai pada pisang ijonya. Pisang yang dibalut tepung berwarna daun suji ini mantab sekali. Menggunakan pisang raja, pisang ini menambah kesegaran dengan manis sepetnya si pisang yang sekali lagi entah mengapa bisa terasa sangat pas dengan sirup berwarna merah ini.
Sirupnya ini memiliki tak hanya rasa manis tapi juga rasa asam yang tipis yang membuat es ini terasa sangat segar. Selain es pisang kacang, menu lain juga menggunakan sirup yang sama untuk pewarna dan pemanisnya. Es tersebut tentunya bernama es pisang kacang yang saya makan setelah es pisang ijo.
Es pisang kacang vla. Nah yang ini ada cara tersendiri untuk memakannya. Pertama minum kuahnya, kemudian makan pisannya dan terakhir makan vla atau bubur sumsumnya dan baru si kacang merah. Hmm… sensasinya akan sangat berbeda dibanding anda langsung memakan secara asal. Coba saja. Untuk es kacang vlanya… buat yang suka manis, inilah es yang tepat. Karena kacang merah yang sangat melimpah membuat es ini terasa benar rasa manis dari kacangnya.
Selain aneka minuman disini juga ada makanan ringan seperti siomai, burger, kentang dan makanan ringan lainnya. Ditilik dari menu yang tersaji, banyak orang memanfaatkan tempat ini untuk menyegarkan tenggorokan sambil mengobrol bersama teman atau bahkan tak sedikit pula yang datang hanya sendiri.
Oya, jika anda kemari sore hari sampai malam hari, hmm … ramai sekali. Keramaian ini menjadi bukti bahwa es pisang ijo ini telah memikat ribuan lidah warga Jakarta. Harga untuk aneka es ini sendiri hanya dipatok mulai dari Rp 7.000 – Rp 12.000 per porsinya.

Plengkung Banyuwangi di Kuta




Akhirnya kami tiba di Bali, sebelum check in ke hotel, kami ingin makan siang dulu karena sudah lapar sekali. Dalam otak saya langsung terpikir makan makanan khas Bali. Tetapi kemudian teman saya, Mas Komang, mengajak ke Rumah Makan Plengkung Banyuwangi.
Mmm... Plengkung Banyuwangi, tapi ada di Bali? Kenapa ada nama Banyuwangi-nya ya? Banyuwangi kan nama salah satu kota yang ada di Jawa, membuat saya bertanya-tanya dalam hati.... Well, ok deh.... Saya menurut saja, he-he-he....
Yup, menurut Mas Komang, Plengkung sudah menjadi salah satu tempat tujuan wisata kuliner orang-orang jika berkunjung ke Bali. Tempatnya pun mudah untuk dicapai, ada di Jalan Raya Kuta. Rumah Makan Plengkung juga sangat dekat dengan toko Joger. Yuukk... kita cobain makanan mereka.
Tempatnya sih tidak terlalu besar dan terbagi menjadi ruangan AC dan non-AC. Menurut saya, tempat ini cukup nyaman. Ada juga meja-meja yang ditempatkan di bawah saung. Oh ya, menu yang ditawarkan di sini adalah masakan khas Jawa dan seafood. Terjawab sudah kan kenapa tertulis nama Plengkung Banyuwangi, ternyata mereka menyajikan menu masakan Jawa.
Menurut pelayannya, makanan khas di Plengkung adalah Ikan Bakar, Udang Bakar, dan Ayam Penyet. Jadilah kami pesan semua menu tersebut, he-he-he.... Plus tambahan Ayam Bakar dan Ca Kangkung. Untuk ikannya, kami pilih Ikan Kerapu Bakar. Nyam nyam... tambah lapar nih perut mendengar nama Ikan Kerapu Bakar. Belum lagi ditambah mencium asap bakarannya, walahh... bikin enggak sabar untuk memakannya.
Tidak pakai lama, menu kami pun datang. Kerapu Bakar-nya memang enak lho, mantap deh rasanya. Udang bakarnya juga tidak kalah enak, dicampur dengan sambalnya... wah yummy. Nah ini dia menu pilihan saya, Ayam Penyet. Dan ternyata saya tidak salah pilih, ayam penyetnya enak banget. Sambalnya benar-benar membuat saya kepedasan. Akhirnya Ayam Bakar-nya pun kami makan dicampur dengan sambal penyetnya.
Puas banget kami makan di sini, menu yang kami pesan enak-enak semua.

Sate Tegal Ibu Ita

 


Baru kali ini kami hunting makan di daerah Karawaci, Tangerang, karena kebetulan siang itu ada pekerjaan yang harus kami datangi ke daerah tersebut. Nah kami dapat info dari teman kami, mas Ditto dan mas Herman, kalau di daerah Karawaci ada sate kambing enak. Kita cobain yuk, soalnya di Jakarta masih belum banyak nemu tempat penjual sate kambing enak dan empuk.
Nah kali ini kami mampir ke Istana Sate Tegal Ibu Ita yang berada di Jl. Raya Imam Bonjol, Karawaci, Tangerang, karena jarang ke daerah sini maka agak bingung mencarinya, ternyata lokasinya di pinggir jalan dan rame sekali kendaraan parkir di depannya. Setelah kami turun ternyata di dalam juga hampir penuh tempat duduknya siang itu dan kami semakin yakin pula kalau sate disini pasti enak, tempatnya sederhana.
Menurut mas Herman tempat ini selalu ramai, banyak juga pegawai negeri yang makan disini lho, mungkin karena di daerah Tangerang ini banyak kantor pemerintahan.
Kami langsung pesan sate kambing dan sop kambingnya, nah setelah menunggu beberapa saat sambil ngobrol-ngobrol kemudian pesanan kami datang, kami dengan lahap memakan sate kas Tegal ini, karena siang perut lagi lapar. Waah... memang daging satenya empuk, lalu sopnya juga enak, baik kuah dan dagingnya, pantas saja tempat ini rame.

Daging Berbalut Kimchi




Annyeong Haseyo! Suara pelayan membahana saat mengucapkan salam dari bahasa Korea tersebut. Sapaan ini menjadi ciri khas dalam menyambut para tamu yang masuk ke SamWon House. SamWon House terletak di Setiabudi One, Ground Floor, Jl. HR Rasuna Said Kav 62, Kuningan, Jakarta Selatan. Restoran tersebut menawarkan berbagai masakan autentik Korea.

Albert Sentosa, pemilik dari SamWon House menuturkan bahwa SamWon hanyalah sebuah nama tanpa ada makna tertentu. Ia tertarik membuat restoran Korea karena makanan Korea yang unik dan memiliki aneka rasa.
"Masakan Korea jarang bikin eneg dan rasanya ekstrim, asin ya asin, pedas ya pedas," jelas Albert. Rasa ekstrim ini kemudian diolah di SamWon House agar bisa diterima di lidah orang Indonesia tapi tetap tanpa meninggalkan autentik kuliner Korea. Jika Anda sekilas melihat menu restoran ini, maka dominasi sayuran terlihat di dalamnya. Menurut Albert, orang Korea memang suka sayuran.
Saat pengunjung duduk, pelayan akan langsung menyuguhkan Pancan dan Ocha secara cuma-cuma. Pancan dan Ocha gratis memang umum Anda dapatkan saat makan di restoran Korea. Pancan adalah hidangan ringan sebagai makanan pembuka. Karena waktu memasak makanan Korea yang membutuhkan waktu lama, restoran Korea selalu menyuguhkan Pancan untuk menemani tamu menanti hidangan utama.
Pancan yang disajikan di SamWon House terdiri dari 6 jenis makanan. Tiap bulannya hidangan ini akan selalu berubah, tapi Kimchi selalu ada di antara keenam Pancan tersebut. Kimchi memang khas Korea dan merupakan menu wajib dalam hidangan Korea. Kimchi terbuat dari sayuran yang difermentasikan dan dicampur dengan cabai Korea. Hasilnya seperti asinan sayuran dengan rasa asam dan pedas. SamWon House membuat sendiri Kimchi mereka yang menggunakan sawi putih dan direndam selama dua hari.
Sementara Ocha adalah teh yang bisa diisi ulang jika habis. Tapi, jangan salah sangka, Ocha ini bukanlah teh hijau. Ocha ini terbuat dari jagung dan barley (sejenis gandum) yang dibakar. SamWon House membuat sendiri Ocha ini dan keunikannya adalah disajikan dingin. Saat meminumnya aroma bakar sangat tercium dan rasa jagung semilir terasa.
Ada beraneka hidangan utama yang bisa Anda pilih, mulai dari Gogi Gui (barbeque), Jeongol (sup dalam wadah besar untuk ramai-ramai), Dolsot Bibimbap (nasi campur khas Korea yang disajikan di batu panas), Bokkeum (aneka bahan ditumis dengan saus Korea), Tang dan Guksu (sup dan mi). Selain itu ada pula berbagai pilihan Tteokbokki atau kudapan yang biasa di jual di pinggir jalan.
"Tidak ada yang fusion. Semua autentik, hanya saja tingkat kepedasan dan asamnya yang diturunkan," ungkap Albert. Total ada 52 menu yang dimiliki SamWon House. Bahan bumbu diimpor dari Korea dan daging dari Amerika Serikat. Sementara sayuran menggunakan produksi lokal. Albert menjelaskan daging dari Amerika Serikat lebih empuk dan juicy dibanding daging lokal.
Karena umumnya orang Korea makan beberapa hindangan utama, mereka jarang makan dengan nasi. Tapi Anda bisa memesan nasi untuk menyantap hidangan menu. Nasinya sangat unik karena dicampur dengan ketan. Manis nasi dengan harumnya ketan, membuat nafsu makan bertambah.
Kompas.com sempat mencicipi salah satu menu Guksu yaitu Japchae dari soun Korea yang lebih tebal dan elastis daripada soun biasa. Budae Jinggae Jeongol salah satu menu yang direkomendasi untuk Anda coba. Satu porsi menu ini cukup untuk 4-6 orang. Kuah sup warna merah menunjukan rasanya yang pedas dan sedikit asam. Tersaji dalam wadah besar berisi aneka sayuran, sosis, daging dan teok. Nah, tteok atau kue ketan ini yang paling unik. Seperti sedang mengigit kue bolu rasa ketan berpadu serasi dengan kuah pedas, rasanya benar-benar klop.
Hidangan yang Kompas.com nanti-nantikan adalah Galbi Sal dan Yang Nyam Galbi. Kedua menu bakar-bakaran ini memiliki perbedaan dari dagingnya. Yang Nyam Galbi menggunakan daging dari bagian iga yang sudah dibumbui. Sementara Galbi Sal menggunakan daging polos tanpa bumbu. Pelayan akan membakar daging tersebut di hadapan Anda. Pembakaran menggunakan arang karena itu rasanya akan lebih enak dibanding menggunakan gas.
Tenang saja Anda tidak akan terganggu dengan asapnya, karena di setiap meja ada pipa pengisap asap. Pelayan juga akan menyajikan sayuran berupa daun selada dan mint. Daging yang dibakar akan dipotong-potong kecil. Cara makan daging ini bukan langsung masuk ke mulut. Tapi sebelumnya daging dioleskan ke saus lalu dibungkus dengan daun selada atau daun mint. Bisa juga Anda masukan potongan wortel dan bawang putih di dalamnya. Ada tiga jenis saus yang tersedia yaitu saus manis, saus asin, dan tauco. Rasanya semakin mantap jika Anda membungkus daging bersama Kimchi.
Tak hanya Ocha dan Pancan yang gratis, selesai makan tamu akan mendapatkan minuman penutup berupa Shike secara cuma-cuma pula. Minuman dingin yang terbuat dari air beras dan jahe ini memang enak diminum setelah selesai makan makanan berat. Karena memakai jahe, selintas rasanya seperti sedang minum wedang ronde dingin. SamWon House menyediakan minuman alkohol khas Korea, seperti Chamisul, Bok Bun Ja, Baram, dan Chum Churum. Beberapa di antaranya sulit ditemukan dan memang harus diimpor dari Korea. Makgeolli, minuman tradisional Korea ini dibuat sendiri oleh SamWon House. Makgeolli mengandung alkohol alami karena merupakan air hasil fermentasi beras. Rasanya mengingatkan lidah pada tapai.
Lukisan Istana Gyeongbokgung tampak di salah satu dinding ruangan SamWon House. Istana yang berwarna merah hijau tersebut merupakan bangunan ciri khas negara Korea. Karena itu pula, nuansa interior SamWon House didominasi warna merah dan hijau. Hal ini sejalan dengan konsep SamWon House yang mengangkat kuliner klasik Korea.
"Harapannya pengunjung dijamu layaknya tamu Kerajaan Korea," kata Albert. SamWon House memiliki ruangan VIP yang bisa memuat 8 orang per ruangan. Cocok untuk Anda yang menginginkan privasi.
SamWon House baru buka 19 November 2010. Tapi pengunjung sudah ramai datang makan di tempat ini. "Kalau makan siang yang ramai orang Indonesia. Makan malam yang ramai orang Korea atau Jepang," kata Albert.
Khusus untuk merayakan Natal dan Tahun Baru sekaligus masih dalam rangka pembukaan restoran SamWon House, pengunjung akan mendapatkan aneka suvenir tergantung dari jumlah pembelian. Harga makanan berkisar Rp 55.000 - Rp 180.000. Memang harga di SamWon House relatif mahal tapi hal ini karena mereka menggunakan daging impor dari Amerika Serikat, bukan daging impor Australia seperti restoran Korea pada umumnya.

Seafood Jumbo di Kota Udang




Kali ini saya pulang kampung ke Cirebon, kota yang terkenal dengan julukan Kota Udang. Tempat saya menghabiskan masa SMP sampai SMA. Setiap kali pulang kampung, tentu saja saya akan puas-puaskan diri makan makanan favorit saya disini. Sesuai dengan julukannya, Kota Udang, di sini banyak sekali tempat makan seafood, dari yang warungan sampai yang restoran.
Kali ini saya mengajak keluarga saya makan ke restoran seafood favorit keluarga kami, yaitu Jumbo Seafood yang berada di Jalan Siliwangi. Sangat mudah mencarinya karena Cirebon adalah kota kecil. Restoran Jumbo ini sudah lama sekali berdiri, saya lupa tepatnya tahun berapa mungkin dari tahun 90-an pun sudah ada.
Wow, sekarang sudah berubah tempatnya. Ternyata sudah direnovasi total. Jadi semakin rapih dan bagus. Disini selalu ramai, Jumbo memang tempat favorit banyak keluarga untuk makan malam. Tapi pasti kebagian meja kok, karena tempatnya sangat luas. Menu yang saya sukai disini adalah udang rebus dan kepiting saos padangnya. Sedangkan adik saya suka sekali dengan bawal putih bakar dan ikan kerapu bakar. Tapi sayang sekali saya kehabisan udang rebus.
Tidak diragukan lagi, seafood-nya fresh.... Rasa kepiting saos padang enak banget. Kepitingnya berukuran sedang, dan dagingnya manis, segar. Bumbu saos padangnya sedikit berbeda dengan saos padang ala seafood Jakarta. Kalau di Jumbo, saos padangnya berwarna coklat dan rasa pedasnya berasal dari irisan cabe rawit yang dimasak dengan kecap. Lezat lho bumbu saos padangnya.
Menu lain yang kami pesan adalah ikan kerapu bakar, cumi goreng tepung, dan capcay goreng. Ikan kerapunya berukuran sedang, dan kita beri perasan air jeruk purut dulu supaya rasanya lebih segar. Makan dengan sambalnya deh, enak banget. Kalau cumi goreng tepungnya ya oke-lah rasanya. Porsinya juga lumayan banyak.
O iya kalau sedang ada bawal putih, boleh tuh di coba, mau digoreng atau di bakar sama-sama enaknya. Terkadang disini juga ada kepiting soka goreng tepung. Sayang sekali waktu saya kesitu, bawal putih dan kepiting sokanya sedang tidak ada stok, jadi tidak bisa saya foto.

Wow... Gurihnya Lemak Kepala Udang




Penikmat seafood sebaiknya tak melewatkan tempat makan yang satu ini dalam daftarnya. Lihatlah, meski lokasinya nyempil jauh dari keramaian dan berdiri di antara truk raksasa di Pelabuhan Sunda Kelapa, yakni Jalan Baruna Raya, para artis kenamaan Ibu Kota pencinta seafood nyaris semuanya pernah mampir kemari. Mulai dari Daniel Mananta, Zaskia dan Anung Bramantyo, dan siapa lagi yah, banyak banget.

Saya hitung kasar ada 40-an foto dan tanda tangan yang dibingkai rapi dalam pigura. "Itu baru sebagian kecil, sebetulnya masih banyak lagi," kata Daeng Raja pemilik resto Seafood Pondok Baronang Daeng Raja ini ketika saya tanya tentang foto-foto tersebut. Wow …
Selain ramai didatangi para artis, resto ini juga menjadi incaran pengusaha kelas kakap hingga kelas teri seantero Jabotabek bahkan hingga Bandung. "Awalnya saya buka di kawasan sini karena mengincar bos-bos kayu (dulu di Pelabuhan Sunda Kelapa banyak gudang kayu). Menurut pengalaman, bos-bos kayu itu suka makan dan sekali mereka cocok mereka enggak cuma akan kembali, tapi juga membawa teman dan begitu seterusnya. Ternyata terbukti, meski sekarang di sini sudah nggak ada gudang kayu, tapi mereka tetap datang. Teman yang pernah mereka ajak pun juga tetap datang kemari," papar Daeng. Strategi yang luar biasa dari Daeng ya.
Paling Jago dalam Original Taste
Ketika kesana saya mencicip cukup banyak hidangan. Mulai dari udang galah bakar, kepiting saus padang, kepiting bakar, kerang saus padang, ikan baronang bakar, ikan bandeng bakar, dan ikan bawal goreng plus masih ada kangkungnya. Mantaaaf! Mari kita coba satu persatu.
Udang Galah Kepala Telur
Pencinta udang dijamin tak akan bisa berhenti mengupas dan menyerap lemak-lemak kepala udang yang ada di hadapan. Luar biasa, udang galah yang digunakan benar-benar pilihan. Ukurannya sangat jumbo. Alhasil ia menyimpan lemak di kepala yang terasa sempurna. Saking enaknya, pelanggan menyebutnya "Kepala Telur".
Pun dengan daging udangnya. Dimasak tak terlalu matang, udang ini ketika digigit mampu menimbulkan sensasi kress yang nagih banget. Dagingnya karena diproses dan disimpan secara benar, kesegarannya benar-benar terasa manis dan gurih. Udang ini makin terasa lemak nian ketika dicocol dengan sambal spesial dari Pondok Baronang. Sambal bercampur mangga muda yang sangat saya sarankan Anda beri sedikit perasan jeruk nipis dan kecap,… wowowowoowww sensasinya dijamin akan membuat anda kembali. Mantaaaf!!
Kepiting Bakar + Kepiting dan Kerang Saus Padang
Kepiting bakarnya saya suka dan saya yakin anak kecil juga suka. Karena kepiting ini memiliki rasa manis yang menawan. Dibumbu kecap dan mentega plus tambahan sedikit rempah, saus kepiting bakar ini mampu membuat saya menghilangkan kesedihan akibat jatah udang galah saya sudah habis. Hm,.. he-he-he …
Sengaja kami pesan kepiting dan kerang saus padang karena pemilik resto, Daeng Raja, mengatakan, "Meski sama-sama saus padang, tapi rasanya berbeda." Okelah kalau begitu, pesan dua-duanya.
Ternyata benar rasanya sangat berbeda antara saus kepiting dan saus kerang. Saus kepiting ia lebih kental dengan rasa bumbu—agak terasa seperti kari—yang sangat kuat menonjol. Colek sedikit, bumbu sudah mampu menggerakan semua indera lidah. Adapun saus padang kerangnya, ia lebih soft dengan bumbu yang cair.
Aneka Ikan yang Orisinal
Orisinal! Hanya ini yang bisa saya katakan terkait aneka rasa ikan yang saya cicip. Baik bandeng, baronang dan bawal, meski telah diolah dengan bumbu, ternyata dagingnya sama sekali tidak meninggalkan rasa aslinya. "Rahasia tentu pada pemilihan bahan baku. Bohong kalau bahan baku jelek bisa menghasilkan rasa yang bagus. Untuk itu kunci utama kami adalah pemilihan bahan yang berkualitas baru kemudian ditunjang dengan teknik penyimpanan dan memasak yang benar," jawab Daeng Raja terhadap pertanyaan saya.
Pesan beberapa pengunjung yang saya tanya, "Jangan lewatkan bandeng bakarnya. Original taste." Ya, bandeng bakar merupakan menu yang jarang ada di tempat seafood lain di Jakarta. Dan di sini Anda akan menemukannya dengan rasa yang tak akan mengecewakan. Oya,… jika Anda kemari, saran saya sungguh jangan pernah lewatkan kangkungnya. Gileeee mantab abiiiiissss …. kangkungnya sangat wangi.



Ayam Goreng Kalasan Ny Winarsi

 

Ayam Goreng Kalasan Ny. Winarsi? Hmmm... sering dengar tapi belum pernah mencoba. Makanya kali ini kami sengaja datang ke daerah Jatinegara untuk makan ayam goreng Kalasan ala Ny. Winarsi yang sudah memulai bisnis kulinernya sejak tahun 1998.
Tempatnya tidak susah kok dicari, ada di Jalan Raya Jatinegara Timur. Sepanjang jalan ini banyak sekali rumah makan. Begitu sampai, kami langsung duduk dan pesan, dan tak lama kemudian Tante Winarsi menghampiri kami menawarkan menu andalan beliau, yaitu ayam goreng kalasan, soto betawi, dan sayur asem. Nasinya pun ada dua pilihan, nasi uduk dan nasi putih. Kami pilih yang paket, isinya satu ayam, nasi uduk/putih, tahu dan tempe goreng. Kemudian kami juga pesan soto betawi. Kemudian minumnya kami pesan es cendol.
Yang pertama datang adalah sotonya dulu, langsung kami cicipi. Rasanya... gurih dan lezat. Enak lho. Kalau Anda kesini mesti cobain soto betawinya. Daging sapi di sotonya empuk, tidak keras. Dan rasa ayam goreng kalasannya tidak kalah enaknya. Ayamnya ayam kampung, rasanya gurih dan ada sedikit rasa manisnya.
Daging ayamnya juga empuk... enak banget. Nah yang unik lagi es cendolnya, karena cendolnya berwarna cokelat bukan hijau seperti pada umumnya, kemudian cendolnya di campur dengan tape ketan hitam dan gula jawa cair... hmmm... enakk, segar dan manisnya pas. Soal harga juga standar kok, tidak mahal.
He-he... tidak rugi jauh-jauh datang ke Jatinegara untuk berwisata kuliner di Ayam Goreng Kalasan Ny Winarsi.