Tuesday, August 6, 2013

Ikan Bakar dan Pisang, Sadap Sakali!

 

Rumah makan itu begitu bersahaja. Dari depan tampak seperti warteg. Saat melangkahkan kaki masuk ke dalam, kursi-kursi plastik khas warung dan meja makan seadanya melengkapi kesederhanaan Rumah Makan Salsabila. Namun siapa sangka, di rumah makan itu pejabat-pejabat daerah kerap datang dan bersantap. Rumah Makan Salsabila terletak di Jl. Kemakmuran, Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.
Seafood tentu saja menjadi hidangan utama. Layaknya kecamatan lain di Halmahera Utara, Tobelo dikelilingi lautan lepas. Tobelo sebagai ibukota Kabupaten Halmahera Utara memiliki pelabuhan besar tempat kapal-kapal penumpang merapat. Dari pelabuhan ke Rumah Makan Salsabila hanya berjarak 10 menit dengan mobil. Dari TPI (tempat penampungan ikan) ke rumah makan tersebut pun hanya berjarak 15 menit. Tak heran, ikan-ikan yang dihidangkan di Rumah Makan Salsabila sangat segar.
Siang itu, Kompas.com memilih Ikan Kakap Merah dan Ikan Baronang. Ikan Kakap Merah merupakan salah satu ikan andalan hasil perikanan di Halmahera Utara. Fauziah, pemilik rumah makan menanyakan apakan ikan ingin dibakar atau digoreng. Fauziah menyarankan ikan dibakar saja. Karena proses memasak ikan dengan cara dibakar merupakan khas Halmahera Utara dan tradisi turun temurun para nelayan. Saat para nelayan lapar di tengah mengarungi lautan, mereka kerap menepi di tepi pantai di pulau kecil dan membakar ikan tangkapan mereka.
Salah seorang pegawai Fauziah lalu membakar ikan. Ikan tak menggunakan bumbu selayaknya ikan bakar pada umumnya seperti kecap maupun garam. Hanya minyak kelapa bekas pakai yang dioles ke atas permukaan ikan. Ikan kemudian dibakar di atas bara api dari tempurung kelapa. Sementara menunggu ikan dibakar, pelayan mengantarkan sayur kangkung tumis dan nasi.
Tetapi tunggu dulu, ada dua piring lainnya yang berisi singkong dan pisang. Singkong dan pisang? Kernyitan heran tak terpungkiri apalagi untuk pengunjung yang biasa makan dengan nasi. Seperti masyarakat di Indonesia bagian timur, di Halmahera Utara, sagu, singkong, dan pisang menjadi makanan pokok penduduk disini. Singkong dan pisang digodok dalam campuran santan, gula, dan garam.
"Ini namanya pisang Sepati, kalau di Jawa dibilangnya pisang Kepok," jelas Fauziah sambil menunjukkan satu sisir pisang kepok. Tentu saja tak lengkap rasanya makan ikan bakar tanpa sambal. Sambal Dabu-Dabu menjadi andalan masyarakat Maluku Utara. Selintas Anda mungkin sering menemukan sambal jenis ini di restoran Manado. Memang cara pembuatan dan rasanya pun serupa.
Pertama-tama cabai diulek kemudian dicampur dengan terasi bakar, minyak kelapa bekas pakai, tomat apel, dan lemon chui. Menurut Fauziah, masyarakat setempat menyebut lemon chui dengan lemon ikan, karena biasa dipakai untuk menghilangkan bau amis ikan. Sementara tomat apel merupakan tomat dengan ukuran kecil dan tekstur kulitnya yang keras.
Jadi inilah cara makannya. Suwir ikan yang telah dibakar, cocol di sambal Dabu-Dabu, dan makan bersama potongan singkong atau pisang. Sadap sakali! Begitu istilah orang Maluku untuk mengambarkan kenikmatan makanan. Ikan Kakap Merah dan Ikan Baronang yang telah dibakar sama sekali tak tercium bau amis. Tekstur daging kedua ikan itu sangat unik, saat digigit terasa lebih alot dan lebih mudah pecah. Walau tak banyak bumbu, aroma kelapa bisa tercium dan daging selintas terasa manis.
Ikan sangat cocok berpadu dengan singkong dan pisang. Rasa manis pada singkong dan pisang makin kuat karena digodok dengan gula. Sementara sambal Dabu-Dabu kuat di rasa asam lemon dan tidak begitu pedas. Namun rasa asam malah menambah cita rasa segar pada daging ikan. Memang kuliner di Maluku Utara tidak sepedas daerah lain di Indonesia. Jadi jika Anda penggemar pedas, mintalah kepada Fauziah untuk menambahkan cabai.
Rumah Makan Salsabila berdiri sejak tahun 2003 atau pasca erusuhan yang sempat melanda wilayah tersebut. Letaknya sangat strategis di pusat kota dan dekat pasar. Apalagi lokasinya bersebelahan dengan beberapa penginapan top di Halmahera Utara. Karena itu, rumah makan ini tak pernah sepi pengunjung. Fauziah menuturkan pengunjung yang makan bisa mencapai 50 orang per hari.

No comments:

Post a Comment