Saturday, August 13, 2011

Nyate di Pertamina, Sikat!

Malam ini, sepulang dari mal Senayan City, saya dan teman-teman sengaja menuju Sate yang ada diseberang Rumah Sakit Pertamina, Jakarta Selatan. Sudah banyak teman kami yang merekomendasikan makan disana, makanya kami sengaja pergi untuk mencicipi sate ini. Lokasinya ada di Jalan Kyai Maja atau seberang RS Pertamina. Makanya orang-orang suka menyebutnya Sate Pertamina, padahal nama sebenarnya adalah “Sate Ayam dan Kambing Pak Muri."
Dari kejauhan saya sudah bisa melihat asap yang mengepul-ngepul, nah itu dia pasti tempatnya “Sate Ayam dan Kambing Pak Muri”. Tempat yang sederhana tapi ramai sekali, parkirannya pun penuh. Bakaran satenya diletakkan di depan rumah makan, dan panjang sekali bakarannya.
Si abangnya yang sedang bakar satenya pun kelihatan semangat mengipas-ngipas satenya supaya terbakar dengan sempurna. Pelayan-pelayannya pun ramah menawarkan menunya. Mau sate kambing atau ayam, pake lontong atau tidak...? Hmmm kali ini saya makan sate ayamnya saja deh. Saya sedang mengurangi makan daging kambing, jaga-jaga saja supaya tidak melebihi batas kolesterolnya. Kami juga pesan seporsi batagor untuk dimakan baren-bareng.



Meskipun duduk di dalam, asapnya tetap saja masuk kedalam he-he..., harum sekali dan membuat saya jadi tambah lapar. Semoga rasanya seenak wanginya ya. Teman saya si Tri juga kelaparan, untung saja batagornya cepat datang, jadi lumayan bisa mengganjal perut kami yang lapar.
Tidak lama kemudian datang juga pesanan kami. Saya cicip dulu tanpa bumbu kacangnya, ....yummy ... enak!! Daging ayamnya empuk dan tidak keras. Nah baru deh sekarang kita campur satenya dengan bumbu kacang dan sedikit sambal, saya aduk-aduk sampai tercampur rata, baru deh saya makan... Nyam nyam, enak sekali. Rasa bumbu kacangnya juga enak, makan lontongnya hanya dengan bumbu kacangnya saja juga enak.
Pantas saja banyak orang merekomendasikan Sate Pertamina ini, karena memang benar-benar enak. Harganya juga tidak mahal kok, sepadan dengan rasanya. (Ita).

Sumber : kompas.com

Pindang Tulang Iga, Hits Banget!

Ini kali kedua kami datang ke Palembang Food, tapi yang pertama gagal total karena rumah makannya tutup. Kali ini dengan semangat kami menuju Palembang Food lagi dan berharap supaya tidak tutup lagi. Kami memang jadi penasaran akan rasa makanan khas Palembang yang ada di Jalan Suryo 50, Jakarta Selatan ini, karena menurut teman kami, Mbak Anggi, pindangnya enak banget. Pempeknya juga enak, ujarnya. Kali ini pun kami pergi ke situ bersama Mbak Anggi, dan dia terlihat begitu semangat sekali he-he...
Waktu kami datang sudah menunjukkan jam 8 malam, untung saja belum tutup. Memang sih sudah agak sepi pengunjung, hanya tinggal beberapa meja saja. Tempatnya tidak terlalu besar, tapi sangat bersih dan cukup nyaman. Pelayan-pelayannya pun sangat ramah menyambut dan melayani pesanan kami.
Kami pesan satu porsi pempek dan dua porsi Pindang Tulang Iga-nya, tadinya mau mencoba martabaknya juga, tapi takut perut ini tidak muat. Dan sembari menunggu makanan kami datang, kami melihat sekeliling interiornya. Wow... sudah ada beberapa artis yang datang ke tempat ini, pasti enak nih.


Yang pertama datang adalah pindangnya, wuih kelihatan mantap sekali. Kuahnya berwarna kuning kemerahan, slurrp.... rasanya sangat spicy sekali. Yummyy... enak banget! Gurih, lezat dan ada sedikit rasa pedasnya. Kuahnya saja sudah enak begini, bagaimana iganya. Memang tidak salah Mbak Anggi merekomendasikan tempat ini. Tulang iganya juga enak, tapi yang paling membuat saya terkesan adalah rasa kuahnya yang enak banget itu.
Nah pempeknya juga enak banget lho, komentar dari Mbak Anggi adalah “Hits banget” yang artinya top atau enak banget he-he...
Next time kami mau mencoba martabaknya ahhh.... O iya kami juga pesan pempeknya dibungkus untuk oleh-oleh di rumah, abis enak sih. kalau Anda sudah coba makan disini, pasti tidak akan menyesal, karena rasanya benar-benar hits. (Ita)

Sumber : kompas.com

Wow, Nikmatnya Sup Gangan

Setelah seharian berwisata mengelilingi pulau-pulau yang sangat indah di Belitung, tentu saja perut kami sangat lapar. Dari pagi kami sudah mengelilingi Pulau Batu Berlayar, Pulau Pasir, Pulau Lengkuas, dan sorenya kami sempat memancing di tengah-tengah laut, lho.


Sekitar jam 18.00 barulah kami sampai di tepi Pantai Tanjung Tinggi dan sempat istirahat sebentar di warung untuk sekadar minum teh dan ganti pakaian. Selanjutnya, kami langsung menuju Restoran Pandan Laut di Tanjung Pandan untuk makan malam.
Perjalanan dari Pantai Tanjung Tinggi ke Restoran Pandan Laut sekitar 20 menit. Karena kami ikut tur, segala sesuatunya sudah di persiapkan, termasuk pemilihan menu makanan. Kali ini sudah dihidangkan menu ikan bakar, udang arak, sop gangan (rempah kuning), dan kangkung polos.
Karena menunya sudah dipesan terlebih dahulu, begitu kami sampai di restoran, tidak lama kemudian makanan sudah siap. Kami coba ikan bakarnya, lalu udang arak, dan kali ini kami menemukan masakan khas Belitung, yaitu sup gangan atau sup rempah kuning. Jadi, isinya kepala ikan ketarap, nanas, jeruk, kunyit, dan kuah dari beraneka macam rempah-rempah sehingga rasanya agak asam dan terasa segar.
Semuanya makan dengan lahap. He-he, tak usah heran karena seharian kami pergi dan pastinya kecapekan. Ditambah pula makanannya enak-enak, wah, tambah lahap deh kami makan malam. (Ita)

Sumber : kompas.com

Mi Fatta dan Nasi Tim Belitung


Hari ini adalah hari terakhir kunjungan kami di Belitung. Hmm makan apa lagi ya? Makanan khas yang cuma ada di Belitung. Akhirnya saya tanya ke Mas Dendi, tour guide kami. Dendi menyarankan untuk makan Mi Fatta. Katanya terkenal dan enak. Oke deh, kita cobain yuk.... Tanpa berpikir lama-lama, kami langsung meluncur ke sana. Mi Fatta, here we come ...
Tidak susah kok untuk mencari Mi Fatta, lokasinya ada di Jl. Sriwijaya nomor 27, Belitung. Rumah makannya masih terkesan sedikit kuno dan sederhana, dan berada di sebuah ruko dengan meja yang hanya ada beberapa buah saja. Tapi, jangan under estimate dulu dengan rasanya hehe...
Mi Fatta adalah salah satu Mi Belitung yang cukup terkenal di kalangan para wisatawan. Saya pesan satu deh, teman saya pesan Nasi Tim Ayamnya. Ternyata rumah makannya lumayan rame lho. Dan sambil menunggu minya matang, saya nyemil emping yang ada di meja. Tidak lama kemudian, datang juga mi dan nasi tim kami. Wahh keliatannya enak sekali lho minya.
Mi Fatta berwarna kuning dan diberi topping tahu, kentang, taoge dan disiram kuah kecokelatan yang agak kental. Kemudian diberi emping sebagai pelengkapnya. Nyam nyam.... saya tidak sabar untuk mencobanya. Kita coba suapan pertama, .... hmmm, rasanya enak juga. Minya kenyalnya pas dan bumbu kuahnya juga lezat.
Coba ya saya beri sambal supaya lebih mantap. Kemudian saya aduk-aduk, ... slurrpp... wah jadi lebih mantap nih rasanya. Awalnya memang biasa saja rasanya, tapi begitu diberi sambal rasaya jadi enak banget.
O iya kami juga mencoba menu lainnya, yaitu Nasi Tim Ayam. Rasanya enak lho, apalagi di campur dengan kuahnya yang lezat. Waktu kami makan, ada beberapa orang yang beli nasi tim untuk dibungkus juga. Nasi Tim Ayam memang enak untuk dimakan dalam segala suasana.
Berkunjung ke Belitung, belum lengkap rasanya kalau belum makan Mi Fatta, karena ini salah satu tempat makan favorit bagi wisatawan, dan merupakan mi khas Pulau Belitung. (Ita)

Sumber : kompas.com

Ke Pangandaran, Cobain Seafoodnya...



Berwisata ke Pantai Pangandaran bersama sahabat memang mengasyikkan. Minggu kemarin kami memang sengaja pergi ke pantai Pangandaran, Jawa Barat. Sudah lama sekali tidak berkunjung ke pantai ini, mungkin terakhir ke sini sewaktu saya masih kecil, jadi lupa pantainya seperti apa. Sayang cuaca sedang kurang baik, enggak cerah.
Sebenarnya tujuan utama kami datang ke daerah Pangandaran adalah pergi ke Green Canyon atau dalam bahasa daerah sekitar lebih dikenal dengan Cukang Taneuh. Cukang Taneuh berarti jembatan tanah karena adanya jembatan dengan lebar 3 meter dan panjang mencapai 40 meter yang menghubungkan antara Desa Kertayasa dengan Desa Batukaras. Green Canyon cukup terkenal karena sudah beberapa kali muncul di televisi dan media-media lain. Green Canyon merupakan salah satu lokasi tujuan wisata baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Datang ke Green Canyon sebaiknya pada saat kemarau. Saat kemarau sungai akan berwarna hijau, dan untuk menuju ke Green Canyon kita harus menyewa perahu kecil dengan jarak tempur sekitar 15 menit dengan harga sewa perahu pulang-pergi Rp 75.000. Cuaca yang masih sering hujan dan malam hari turun hujan cukup lebat membuat kami pun agak kecewa. Air keruh berwana cokelat dan pemandangan jadi kurang indah.
Jalan-jalan ke daerah pantai tidak lengkap tanpa menikmati seafood-nya, benerkan? Kali ini kami mampir di rumah makan Sari Melati yang lokasinya dekat sekali dengan pantai. Kami memilih Sari Melati karena menurut sahabat saya, ini yang paling enak di daerah ini.
Masakannya enak, pelayanannya juga cepat. Model penyajiannya, kita memilih dulu ikan, udang, cumi segarnya, kemudian ditimbang. Nah setelah itu kita tinggal pilih mau dimasak apa. Ada saus padang, saos tiram atau goreng mentega. Sayang sekali menu favorit kami lagi kosong, yaitu kepiting. Apakah Anda sudah pernah mampir ke rumah makan yang satu ini? (Yudi)

Sumber : kompas.com

"Sega Jamblang" Mang Dul Bikin Kangen

Nasi jamblang itu makanan khas dari Cirebon. Kalian pasti pernah dengar tentang nasi jamblang. Tapi, nasi jamblang yang ada di Jakarta rasanya biasa-biasa semua. Kalian haruscobain nasi jamblang asli Cirebon, ya di mana lagi kalau bukan di Kota Cirebon. Ya bolehlah sekali-kali jalan-jalan untuk menyusuri daerah pantura, mampir ke Kota Cirebon untuk nyobain nasi jamblang Mang Dul yang terkenal seantero Cirebon, dijamin kalian pasti takjub. He-he-he... takjub melihat cara mereka berjualan, dan takjub dengan rasanya.

Pasti bikin kalian kangen untuk makan nasi jamblang lagi. Waktu gue ke Cirebon kemarin gue sempet-sempetin makan di Mang Dul. Kangen dengan rasa masakannya. Begitu masuk, wow...masih saja ramai seperti dulu. Lauknya ditata di wadah yang berjajar-jajar. Banyak macamnya, ada tahu kuah, sate kerang, perkedel kentang, telur rendang, telur kuah, telur dadar, ikan jambal roti, sambal, dan masih banyak lagi.

Dan jangan lupa nasinya. Ini yang unik karena nasinya dibungkus dengan daun jati, bukan dengan daun pisang. Di Mang Dul, satu orang bisa pesan 3-5 nasi sekaligus. Iya, karena nasinya dibungkus kecil-kecil. Terus lebih baik makan pagi, jangan makan siang. Karena kalau siang, lauknya sudah habis.
Terus pesen gue, jangan putus asa karena kadang kita harus mengucapkan berulang-ulang kepada pelayannya untuk mengambilkan apa yang kita mau. Jadi kita memilih langsung lauknya, tinggal bilang ke pelayannya. Dan karena terlalu ramai, kadang pelayannya kelimpungan untuk meladeni para pelanggannya. Tapi, itu biasa di Mang Dul, seru!
Dulu sewaktu gue dan keluarga tinggal di Cirebon, sering banget gue dan bokap makan ke Mang Dul. Dan sekarang bisa makan lagi di Mang Dul bersama beliau, hmmm... seperti nostalgia. Meskipun suasananya hiruk-pikuk karena ramai pengunjung, bisa makan bareng lagi ama bokap sambil bernostlagia, hmmm... rasanya sangat menyenangkan.
O iya satu lagi... makanan di sini murah banget, teman saya yang orang Jakarta sampai takjub. Makansegitu banyaknya, plus pesan dibungkus untuk dibawa pulang (untuk 8 orang), total tidak sampai Rp 100.000. Sampai dia bilang begini, "Murah amat, segini banyaknya cuman Rp 100.000, pakai kembalian pula". Ha-ha-ha...penjaga kasirnya sampai tertawa geli. Jadi kangen ke Cirebon lagi. (Ita)

Sumber : kompas.com

Friday, August 12, 2011

Kedai Kopi Bersuasana Pecinan Jadoel

Jika Anda tinggal di Bintaro-Bekasi-Bogor-Depok dan lainnya, sudah pasti anda berlomba lomba berangkat sepagi mungkin untuk menghindari kemacetan parah di Jakarta. Alhasil sampai di kantor pun, kepagian!!! Bahkan lebih pagi dari satpam yang bertugas membuka pintu kantor. Kalau sudah gini tak salah nongkrong deh di kedai terdekat. Biasanya pasti kedai kopi. Sambil mengisi energi, karena kopi biasanya dapat memberikan efek kebugaran hingga beberapa jam mendatang.
Kedai Kopi Doeloe sejak 1959 di kawasan Kota Tua, tepatnya di Jl. Roa Malaka Jakarta Barat ini tampaknya bisa menjadi tempat menunggu paling pas. Oya, tulisan sejak 1959 sendiri hanyalah sebuah simbol. Meski kedai ini baru buka di tahun 2010, namun sejatinya kedai ini telah ada di Medan sejak tahun 1959 dengan nama Kopi Deli. Namun kedai ini sempat tutup beberapa tahun dan akhirnya terpikir untuk membuka lagi, namun di Jakarta. Jadilah tulisan tersebut di pasang kembali, 1959. Karena kedai ini memang hanya menjual kopi Medan dengan teknik seduh tradisional seperti digunakan di Kedai Kopi Deli dahulu.
Disini, suasananya, pecinan jadoel, selaras dengan lagu-lagu oriental yang diputar pelan. Tenang sekali. Lalu sembulan aroma kopi Medan lamat lamat akan memenuhi rongga hidung, harum sekali. Tajam dengan sedikit aroma asam yang rapuh.
Kopi Tunggal, Kopi Luwak dan Kopi Brownies
Pecinta kopi pasti tak sabar untuk merasakan nikmatnya kopi tunggal. Kopi yang diyakini dapat menambah vitalitas kaum pria. Tak menyia-yiakan kesempatan, saya pun memesan kopi yang juga biasa di sebut "kopi lanang" ini. Rasanya? Halus tidak terlalu kuat namun memiliki rasa kafein yang cukup tajam. Mantap!!! Dan karena kopi yang ada disini semua dalam bentuk biji kopi dan baru digiling ketika ada pembeli, maka rasa kopinya sangat segar. Ini terasa dari berfungsinya seluruh indera perasa di lidah saya yang mampu menangkap rasa manis sekaligus pahit dan asam pada secangkir kopi murni tanpa gula ini.
Di sebut kopi tunggal atau kopi lanang, karena secara fisik, kopi ini memang berbeda dengan kopi lain yang terbelah dua. Biji kopi ini berbentuk bulat dan tunggal. Biasanya didapat dari jenis kopi Robusta. Paling cocok diminum di udara dingin, seperti ketika tahun lalu saya ke Banyuwangi, di daerah perkebunan kopinya (milik Pak Iwan), saya mencicip kopi tunggal dan sangat enak di badan. Jadi hangat.
Sebagai tambahan, kopi lanang ini paling enak diseduh secara tubruk. Tak usah coba-coba diseduh bersama dengan susu atau cream, karena usaha anda justru akan merusak rasa dan aroma kopi tunggal yang tajam. Cukup diseduh saja dengan air panas, tunggu 4 menit dan aduk lalu nikmati tanpa gula atau sedikit saja gula jika tidak tahan pahit.
Selain kopi tunggal disini juga ada kopi luwak. Tapi saya tidak mencoba karena kopi luwak sudah bisa dipastikan rasanya sangat enak, dengan aroma lembut dan manis alami yang benar benar manis tanpa bantuan gula. Saya memesan kopi lain yang bernama kopi brownies.
Brownies manis yang ditutup dengan ice cream vanilla dan digarnis mini cup cakes kemudian diguyur kopi tubruk yang sudah dipisahkan dari ampasnya. Ceeessss … manis yang berpadu dengan pahit dan panas yang menyatu dengan dingin. Rasanya nikmat tiada tara. Buat yang tidak ingin kopinya menjadi terlalu kental saya menyarankan untuk tidak mengaduk ke empat komponen dalam cangkir tersebut.
Makanlah satu persatu dengan sendok dan nikmati vanila kopi dan brownies kopi yang lembut. Sungguh acara ngopi yang luar biasa. Harga kopi tunggal Rp 18.000 per gelas dan kopi brownies Rp 15.000 per gelas.
Makanan Unggulan
Harga kopi mi doeloe Rp 18.000. Hidangan khas Tio Ciu ini dijamin akan membuat anda kangen untuk datang dan datang lagi. Pasalnya anda cari dimana pun mi ini, nggak akan ada yang menjual dengan rasa yang sama. Karena kekuatan masakan ini dimana pun diseluruh dunia, adalah terletak pada racikan mi-nya yang home made.
Mi yang terbuat dari tepung beras ini sudah langsung bercampur dengan aneka rempah dan bumbu dapur. Jadi ketika memasak, benar-benar tak perlu diberi bumbu apa-apa lagi. Hanya tinggal sayur yang ditumis dengan minyak bawang, kemudian mi dimasukkan dan langsung disajikan hangat. Rasaya? Gurih aroma minyak bawang dan sayur sayuran yang ditumis seperti aroma wortel, daun bawang dan taoge yang lembut.
Selat Popiah Rp 12.000 per 5 biji. Jajanan atau makanan kecil khas Medan yang cukup susah dijumpai di Jakarta akan kita jumpai disini. Hm,… luar biasa. Rasanya enak sekali. Adonan kue yang dibentuk mangkuk kemudian diisi dengan aneka tumisan sayur segar. Mantab!!! Untuk bisa mencoba makanan ini sendiri, anda perlu bersabar sebentar, karena mesti masuk dalam kategori makanan ringan, tapi selat popiah ini benar benar baru akan diracik ketika anda memesan. So dijamin selat popiah yang ada di meja anda dalam keadaan panas dan dengan sayur yang segar.
Lumpia dan Risoles
Selain selat popiah yang baru dibuat ketika anda memesan, lumpia dan risoles juga benar benar baru dibuat isinya dan kemudian digulung dengan kulitnya lalu digoreng begitu anda memesan. Rasanya? Tentu lumpia dan risoles hangat rasanya sangat nikmat. Dengan garing kriuk kulitnya yang home made, kemudian berbaur jadi satu dengan isiannya.
Selain ketiga makanan diatas, disini juga ada siomai ayam udang yang benar benar seharusnya sebuah siomai, yaitu berisi daging bukan tepung. Kres-nya dapet banget. Apalagi ketika dicocol dengan saus home made-nya. Nyaaam. Saya juga coba pisang lumpia dan roti bakarnya. Roti bakar keju tape-nya, bikin merem melek. Tapenya juga home made loh.
Oya selain kopi, disini anda juga dapat menikmati aroma harum dan nikmatnya teh cina yang di seduh dengan teknik kung fu cha. Dimana, kedai ini memang bekerja sama dengan kedai teh Siang Ming yang sudah terkenal akan kung fu cha-nya. Selamat menikmati…(Catur Guna Yuyun Angkadjaja)

Sumber : kompas.com









Tahu Talaga Yun Sen


Week-end kemarin saya dan keluarga berkumpul di Bandung dan saya selalu antusias setiap kali jalan-jalan ke kota ini. Bandung, tidak akan pernah bosan saya menyusuri kulinernya. Selalu ada tempat baru bermunculan, dari Factory Outlet, tempat makan, maupun tempat hang outyang baru. Tapi ada satu tempat yang wajib dikunjungi oleh keluarga saya setiap kali ke Bandung, yaitu Tahu Talaga Yun Sen.
Yup, Tahu Talaga sudah menjadi favorit keluarga kami sejak dulu. Bahkan orang tua saya selalu membawa Tahu Talaga ini sebagai oleh-oleh untuk kerabat kami yang lain. Tahu Talaga Yun Sen sudah berdiri sejak tahun 1940 dan sekarang dioperasikan oleh generasi penerusnya. Kelebihan tahu ini dari tahu yang lainnya adalah tahu Talaga tidak menggunakan bahan pengawet, selain itu tahunya juga selalu fresh dan tanpa MSG ataupun pewarna buatan. Jadi sangat aman untuk dikonsumsi dan sehat pastinya.
Tahu bisa dimasak berbagai macam jenis, dari di pepes, ditim, digoreng, di bacem sampai dijadikan sup juga bisa. Banyak banget variasinya. Nah menurut saya hanya Tahu Talaga ini yang rasanya paling pas untuk dibuat segala macam masakan. Rasanya juga sangat lembut, enak banget deh pokoknya.
Kalau sedang jalan-jalan ke kota Bandung, mampir di pabrik Tahu Talaga Yun Sen .... disini kita bisa melihat langsung proses pembuatannya juga. Tahu Telaga memproduksi Tahu Kuning, Tahu Putih, Tahu Pong, Tahu Siongkon, Kulit Tahu, Keripik Tahu, dan ada juga susu kedelai.
Favorit saya adalah Tahu Kuning dan Tahu Putihnya. Cukup direndam dengan air dan sedikit garam kemudian digoreng. Wahh begitu saja sudah enak, dan lebih mantap lagi kalo dimakan dengan sambal terasi dan nasi hangat. Nyam nyam... (Ita)



Sumber : kompas.com

Sate Ayam Sokaraja

Bagi Anda penggemar sate ayam, Anda harus mencoba kelezatan sate ayam yang satu ini. Selain rasa daging sate ayamnya yang lezat, aroma bumbunya juga harum sekali. Sate apakah ini?
Yup, namanya adalah Sate Ayam Sinar Jaya Sokaraja. Dulunya bernama Sate Ayam Sokaraja, tetapi karena banyak sekali yang menggunakan nama yang sama, pemilik aslinya mengubah namanya dengan nama Sate Ayam Sinar Jaya Sokaraja.
Kenapa memilih nama Sate Ayam Sinar Jaya Sokaraja? Karena lokasi berjualan sate ayam ini adalah di Jalan Jenderal Sudirman, Sokaraja. Di depannya terdapat tempat keberangkatan bus ke luar kota (Jakarta dan lain-lain) dan bus tersebut bernama Sinar Jaya. Makanya, kini digunakan nama Sate Ayam Sinar Jaya Sokaraja. Jadi, jangan sampai salah pilih, ya.
Sokaraja sebenarnya adalah nama sebuah kota kecil di pinggir Purwokerto (Banyumas, Jawa Tengah), kira-kira 3 kilometer dari Purwokerto. Selain sate ayam yang terkenal ini, Sokaraja juga terkenal dengan soto dan getuk gorengnya.
Lain kali DoyanMakan.com akan meliput soto sokaraja dan getuk gorengnya, tetapi pada kesempatan yang sekarang kita hanya akan mengulas sate ayamnya yang khas itu. Saya sudah sering sekali makan di sini dan rasanya tidak pernah bosan untuk terus menyantapnya setiap kali pergi ke Banyumas.
Jam buka Sate Ayam Sinar Jaya Sokaraja mulai jam 16.00 sampai dengan waktu yang tidak menentu. Sampai satenya habis saja, ujar penjualnya. Terkadang dalam dua jam saja sate-sate tersebut sudah terjual habis. Bahkan, saat DoyanMakan.com mampir untuk mencicipi sate khas Sokaraja ini, satenya sudah hampir habis. Padahal, kami datang jam 17.30. Dalam satu hari mereka bisa menjual sekitar 3.000 tusuk. Walah, bagaimana rasanya itu membakar sate sampai 3.000 tusuk.
Sate ayam sokaraja disajikan dengan lontong dan kuah gulai yang diberi bumbu kacang. Unik, kan? Biasanya sate ayam hanya disajikan dengan lontong dan bumbu kacang, tetapi di Sokaraja ini diberi kuah dan di atasnya diberi taburan bawang merah goreng. Mantap bener rasanya, benar-benar lezat. Daging ayamnya empuk, kuahnya lezat, bumbu kacangnya pun terasa enak sekali. (Yudi)



Sumber : kompas.com

Ayam Goreng Bapak Mardun


Tentang Ayam goreng H. Mardun Martinah ini saya pernah mendengar tentang kelezatannya dari om saya yang tinggal di daerah Mangga Besar, makanya Sabtu kemarin kami sengaja pergi ke daerah Mangga Besar untuk mencoba Ayam Goreng H. Mardun Martinah ini. Tempatnya memang tidak berplang besar, jadi mesti agak awas untuk mencarinya. Persisnya di Jalan Mangga Besar Raya no: 90 A, tidak jauh dari tikungan putar baliknya.
Rumah makannya sih tidak terlalu besar tapi cukup ramai lho didalamnya, meja kursi kayu panjang memenuhi seluruh ruangannya. Sederhana tapi cukup bersih. Menu yang ditawarkan juga tidak banyak hanya ada ayam goreng yang dijual per ekor maupun potongan, ada juga nasi rames, acar timun dan bawang, sayur asem, sayur lodeh dan tahu goreng. Tapi dalam benak saya ini pasti enak, karena masih bisa bertahan dari sejak tahun 1961.
Kami pun memesan dua potong Ayam Dada plus tahu goreng, dan tanpa kami meminta pelayannya sudah menyajikan sepiring kecil acar bawang merah, acar timur dan sambal kacang. Acar Timunnya berpotongan agak besar dan terlihat menggiurkan euy. Saya pun nyemil acar timunnya sembari menunggi si ayam goreng. Enak lho acar timunnya, asamnya pas dan terasa segar.
Tidak lama kemudian si ayam pun datang, dari penampilannya sih seperti ayam pop padang, tidak digoreng sampai berwarna cokelat kekuningan tapi berwarna pucat. Wahh asyik nih kayanya. Saya cuil sedikit dan saya cicipi tanpa sambalnya, dan ... Yummy, rasanya gurih dan enak. Rasa gurihnya masih tetap ada sampai kedalam-dalamnya. Berarti bumbunya benar-benar meresap sampai ke dalam.
Kemudian saya campurkan sambal terasi dan sambal kacang tadi ke nasi putih dan saya santap dengan ayamnya, duh duh... tambah enak rasanya he-he... Sambalnya sendiri juga agak khas rasanya, ada sedikit bau asam, tidak manis dan sedikit terasa asin. Tapi cocok sekali untuk dicocol dengan ayamnya tadi. Top deh ayam dan sambalnya.
Rasanya memang beda dari ayam goreng yang biasanya, tapi justru disitulah terletak ke-khasan rasa Ayam Goreng H. Mardun Martinah ini. Meskipun berwarna pucat tapi rasanya enak lho. Saya sih suka dengan ayam gorengnya, berbeda dengan yang lain. Mau mencoba ayam goreng yang berbeda dengan biasanya? Coba saja datang kesini. Nah, Ayam Goreng H. Mardun Martinah buka dari jam 09.30 pagi sampai sekitar jam 8 malam saja, jadi jangan sampai kemalaman ya datang kesini. (Ita)

Sumber : kompas.com